REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Seorang mantan pimpinan intelijen Israel mengakui bahwa apa yang terjadi dalam kejadian Mavi Marmara merupakan kesalahan besar.
"Apa yang terjadi dengan Mavi Marmara merupakan kesalahan besar. Kedua belah pihak Israel dan Turki melakukan kesalahan, dan saya berharap kejadian itu tidak terulang lagi," kata Purnawirawan Mayor Jenderal Amos Yadlin kepada kantor berita Turki Anadolu.
Yadlin merupakan kepala intelijen pada saat kapal Turki itu berusaha menerobos blokade Gaza 2010.
Israel secara resmi telah meminta maaf kepada Turki dengan kejadian tersebut. Israel juga setuju untuk mengganti kerugian korban dan berjanji untuk segera mengakhiri embargo ke Gaza.
Ketika ditanya, apakah dia akan melakukan tindakan yang sama jika kejadiannya terjadi hari ini, Ia mengatakan, "Dengan pengalaman ini, insiden itu tidak akan terulang hari ini."
Yadlin merupakan salah satu tersangka dalam Pengadilan Kriminal Tingkat Tinggi ke-7 di Istanbul berhubungan dengan kasus itu.