Rabu 06 Nov 2013 15:24 WIB

Blackberry Batal Jadi Perusahaan Privat

Rep: Friska Yolandha/ Red: Fernan Rahadi
Blackberry
Foto: guardian
Blackberry

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Blackberry Ltd batal menjual sebagian besar sahamnya ke investor swasta. Perusahaan asal Kanada tersebut memilih untuk merestrukturisasi perusahaan dan mendepak chief executive officer (CEO) Thorsten Heins.

Blackberry batal menerima pinangan dari Fairfax Financial Holdings senilai 4,7 miliar dolar AS. Alih-alih menjadi perusahaan privat, Blackberry mempertahankan statusnya sebagai perusahaan terbuka dan menggalang investasi tambahan senilai 1 miliar dolar AS.

Heins dicopot dari jabatannya sebagai CEO Blackberry karena dinilai gagal mengembangkan perusahaan milik mendiang Steve Jobs tersebut. Mantan Kepala Eksekutif perusahaan software Sybase Inc, John Chen, menjadi pengganti CEO yang hampir dua tahun menguasai kursi panas Blackberry tersebut.

Chen akan segera diberondong sejumlah masalah internal, termasuk kegalauan investor tentang kemampuannya mengangkat Blackberry dari dasar laut kerugian. Dalam wawancaranya, Chen mengatakan tidak berencana untuk menutup bisnis handset. Ia menilai kebangkitan Blackberry memerlukan waktu selama enam kuartal.

"Blackberry adalah merk ikonik dengan potensi yang besar. Tapi untuk merebut kembali kesuksesan yang pernah didapat akan memakan waktu," ujar Chen, dikutip laman USA Today, Rabu (6/11).

Mengutip laman Wall Street Journal, infus tunai senilai 1 miliar dolar AS dinilai belum akan membuat Blackberry sembuh dari sakit. Blackberry diperkirakan akan kehabisan uang tunai pada akhir tahun depan sehingga prospeknya masih suram.

Akuisisi yang dilakukan oleh Fairfax pun terlihat ogah-ogahan. Orang yang dekat dengan persoalan ini mengatakan perusahaan tersebut sebetulnya tidak terlalu tertarik untuk membeli Blackberry. Awalnya Fairfax mencari pendanaan untuk akuisisi Blackberry dari Bank of America Merrill Lynch dan BMO Capital Markets. Namun hingga tenggat waktu kesepakatan, pendanaan Fairfax tidak juga dipenuhi.

Tidak jelas mengapa akhirnya Fairfax mengakhiri kesepakatan. Beberapa orang yang akrab dengan persoalan ini mengatakan, ada keengganan di kalangan perbankan untuk mendanai akuisisi tersebut mengingat reputasi Blackberry yang terus merosot.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement