Rabu 06 Nov 2013 15:25 WIB

Keuangan Syariah Berdampak Positif pada Lingkungan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
keuangan syariah/ilustrasi
Foto: alifarabia.com
keuangan syariah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pertumbuhan sektor keuangan syariah memberikan kabar baik bagi investasi energi bersih dan terbarukan. Keuangan syariah tumbuh 50 persen lebih cepat dibandingkan sektor perbankan konvensional dan memiliki potensi pertumbuhan 25 persen tahun ini.

Profesor Bidang Hukum dan Keuangan Syariah dari Universitas Durham, Habib Ahmed mengatakan prinsip dan nilai keuangan syariah dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan. "Ada peningkatan permintaan dari para pemangku kepentingan karena mencerminkan etika, aspek sosial dan lingkungan," ujarnya seperti dikutip situs 'Responding to Climate Change', Rabu (6/11).

Banyak non-Muslim tertarik dengan keuangan syariah karena adanya perspektif ekonomi dan etika. Menurut Ahmed kondisi tersebut bisa menjadi berita positif bagi sektor energi bersih. Analis keuangan Bloomberg melaporkan investasi tahunan energi terbarukan Eropa turun 14 persen.

Namun saat ini sektor tersebut mulai mendapatkan keuntungan dari keuangan syariah. Bank Pembangunan Islam (IDB) sudah menjadi pemain utama dalam investasi sektor energi bersih dan terbarukan senilai 1 miliar dolar AS antara 2010 hingga 2012. Lima negara penerima pembiayaan energi terbarukan diantaranya Maroko sebanyak 908 juta dolar AS, Pakistan 896 juta dolar AS, Tunisia 764 juta dolar AS dan Suriah 668 juta dolar AS. Bulan lalu IDB menyetujui investasi 100 juta dolar AS dengan Bank Pembangunan Industri Turki untuk pengembangan energi terbarukan dan proyek efisiensi energi.

Berdasarkan laporan Ernst & Young pada Desember 2012, aset industri keuangan syariah mencapai 1,8 triliun dolar AS. Beberapa analis percaya keuangan syariah berdampak positif bagi lingkungan karena tidak hanya mendasarkan diri pada keuntungan. 

Pakar dari Institut Ekonomi Islam Internasional, Asad Zaman mengatakan pertumbuhan ekonomi hijau (green economy) di barat mulai tumbuh. "Sumber daya alam adalah cara melindungi generasi mendatang dan menjadi tanggung jawab utama generasi saat ini," kata dia.

Beberapa waktu lalu, pewaris tahta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles mengatakan perbankan syariah bisa memberikan jawaban yang tidak bisa dilakukan perbankan konvensional karena penekanannya pada ekonomi moral.

Bank-bank besar Barat memiliki investasi di minyak dan gas, namun bukan karena alasan lingkungan melainkan hasil perencanaan investasi jangka panjang. Kementerian Keuangan Inggris saat ini berinvestasi sekitar 200 juta poundsterling pada sukuk untuk mengembangkan sektor ramah lingkungan (green sukuk) yang dibiayai bank syariah. Green sukuk dapat mendukung strategi pembangunan nasional dengan menawarkan pembiayaan jangka panjang infrastruktur penting.

Pertumbuhan sektor keuangan syariah kemungkinan akan berlanjut karena telah terbukti mampu bertahan dari krisis keuangan global 2008. Penerapan prinsip-prinsip keuangan syariah tidak hanya tumbuh di pasar keuangan negara-negara Muslim, tetapi juga di pasar non-Muslim.

Deputi Gubernur Bank Negara Malaysia, Muhammad bin Ibrahim berujar bank syariah bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum. "Ajaran Islam pada dasarnya mempromosikan pelestarian sumber daya alam dan kebutuhan menghormati semua makhluk hidup. Kegagalan melakukannya akan merugikan dan merusak lingkungan," ucap Ibrahim.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement