REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Restu Megawati Soekarnoputri mencalonkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres) dipengaruhi dua faktor besar.
Pertama, kinerja Jokowi selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kedua masukan dari internal PDI Perjuangan baik pusat maupun daerah kepada Megawati.
"Kalau kinerjanya bagus. Dia tetap bisa membawa perubahan, mungkin akan didukung," kata pengamat politik Indobarometer M. Qodari ketika dihubungi Republika, Kamis (11/7).
Qodari mengatakan kinerja bisa menjadi parameter penting layak tidaknya Jokowi menjadi capres. Menurut dia, restu Megawati bisa saja tidak sampai ke Jokowi jika kinerjanya sebagai gubernur tidak memuaskan masyarakat Jakarta.
"Kalau kinerjanya kendor bisa saja Megawati khawatir. Bagaimana bisa mengurus negara kalau mengurus citra partai di wilayah DKI saja tidak mampu," ujarnya.
Bisikan internal PDI Perjuang, terutama kader daerah soal pencapresan Jokowi, dipercaya Qodari juga akan menjadi pertimbangan Megawati.
Hal ini karena menurut dia pengurus daerah lah pihak yang paling memahami aspirasi masyarakat soal capres. "Karena mereka bersentuhan langsung rakyat. Megawati tentu ingin mendengar suara arus bawah ini," katanya.
Friksi internal PDI Perjuangan soal pencapresan Jokowi tidak akan berpengaruh banyak terhadap keputusan Megawati. Qodari percaya friksi-friksi itu akan selesai ketika Megawati mengambil keputusan. Hal ini karena menurut dia Megawati merupakan satu-satunya kunci soliditas di PDI Perjuangan.
"Megawati memiliki fungsi yang absolut di partai. Keputusannya tidak berpengaruh pada soliditas," ujarnya.
Qodari mengatakan tingginya elektabilitas Jokowi dalam survei lebih dipengaruhi faktor personal Jokowi. Artinya, kalaupun citra PDI Perjuangan mengalami penurunan hal itu tidak akan berpengaruh besar terhadap dukungan masyarakat ke Jokowi.
Qodari mengatakan satu-satunya faktor yang bisa menghilangkan dukungan publik ke Jokowi adalah kinerja Jokowi itu sendiri. "Selama ini figur Jokowi terpisah dari partai. Jadi yang bisa menurunkan elektabilitas Jokowi ya kinerja Jokowi sendiri atau kasus hukum yang menjerat dirinya," katanya.
Kapan sebaiknya Megawati menetapkan Jokowi sebagai capres? Qodari mengatakan kemungkinan besar Megawati akan menetapkan Jokowi sebagai capres setelah pemilu legislatif.
Hal ini karena Megawati ingin mengetahui terlebih dahulu berapa perolehan suara legislatif yang diraih PDI Perjuangan. Namun sambil menunggu hasil pemilu legislatif, Jokowi juga akan dimanfaatkan sebagi penarik suara partai.