Kamis 07 Nov 2013 15:36 WIB

Bantu Korban Amputasi Kaki Jadi Bisnis Satu Keluarga di Boston

Rep: mgrol21/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Paul Martino membantu Mery Daniel memasangkan kaki palsu.
Foto: AP PHOTO/Charles Krupa
Paul Martino membantu Mery Daniel memasangkan kaki palsu.

REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia memiliki Sugeng, seorang perajin kaki palsu yang juga tak memiliki kaki. Berkat karyanya dan juga ide cemerlang yang membuat kaki palsu bisa digunakan duduk bersila, orang-orang tanpa kaki bisa kembali beraktivitas.

 

Sugeng tidak sendiri. Jauh di Amerika Serikat, Kota Boston ada keluarga yang mendedikasikan diri untuk mereka yang kehilangan kaki. Mereka Martino bersaudara.

Memang letika para korban amputasi mengambil keputusan untuk memasang kaki buatan, sering kali hasilnya mengecewakan hingga membuat mereka berpikir keputusan itu seharusnya tidak perlu dilakukan. Paul Martino, presiden perusahaan kaki palsu Massachusetts juga kerap menyaksikan hal itu, apalagi akhir-akhir ini, ia melihat korban yang selamat dari bom Boston Marathon.

Sejak serangan yang terjadi pada 15 April lalu, sekitar delapan orang yang kehilangan sebelah  atau kedua kakinya datang ke United Prosthetics. Ini adalah perusahaan milik kakek Martino, seorang imigran asal Italia yang dulunya  tukang sepatu di Boston sejak 1914.

Dalam perusahaan berlantai dua di bagian kota Dorchester tersebut, para pegawai menggunakan serat karbon untuk membuat soket yang sesui dengan ujung kaki pasien yang  terluka. Kemudian, mereka menghubungkan soket itu ke lutut dan kaki buatan yang dibuat di tempat lain.

Perusahaan membuat kesepakatan dengan pasien yang kehilangan anggota badan karena kecelakaan, diabetes, atau pertempuran.  Bagian dari pekerjaan keluarga Martino adalah berkata jujur kepada pasien bahwa mereka  menyadari tidak bisa sepenunya mengembalikan apa yang telah mereka miliki, yakni kaki sesungguhnya,

Martino mengajak orang-orang untuk memberikan waktu. “Kami menyuarakan realitas. Pertama, tidak menyenangkan menjadi korban amputasi,” kata  Paul Martino, seorang veteran Garda Nasional berusia 62 tahun ini.

 “Siapa pun yang kami rancang, apa pun yang Anda percayai, membuat mesin yang sempurna. Kami mengupayakannya.

Tapi bagi sebagian orang, pandangan itu lambat atau mungkin sulit diterima, seperti yang dialami korban pengeboman, Mery Daniel. Lulusan sekolah kedokteran berusia 31 tahun kehilangan sebagian kaki kirinya dan  dia ingin hidupnya kembali normal dengan cepat.

Awalnya dia kecewa karena soket yang dipasang tampak besar dan tidak memiliki estetika. Hanya, dia memutuskan untuk bertahan dengan United Prosthetics.

“Aku terlalu cepat menghakimi,” kata Daniel. “Orang cenderung terus membandingkan kaki palsu ini dengan kaki kami yang sesungguhnya, tapi tetap itu  bukan kaki kami,” dia menambahkan.

“Gagasan “Berikan Waktu” itu sepertinya sangat tepat," ujarnya lagi.

Martino menjalankan bisnis ini bersama dengan saudara-saudaranya, Greig, Mary dan Gary, serta anaknya Chris.

Gary Martino (49) mengatakan bahwa almarhum ayahnya dapat dipercaya dalam memdidik orang tentang prosthetic atau kaki palsu, sebuah bidang yang telah mendapat perhatian lebih karena tragedi pengeboman Boston dan pasukan yang kehilangan anggota tubuhnya di Irak danAfghanistan.

“Saya harus mengatakan, ‘Saya membuat kaki dan tangan palsu’,” kata Gary Martino. “Sekarang saya bisa memberitahu orang-orang bahwa saya membuat orthotic dan prosthetic.”

Memang ada beberapa orang yang sebelumnya datang ke United Prosthetic pindah ke perusahaan Lain. Martino mengatakan United menggunakan teknologi baru, namun tidak seperti perusahaan lain, mereka tidak ingin memastikan bentuk sistem prosthetik ke kaki yang baru diamputasi karena biasanya kaki terluka masih bisa berubah bentuk.

Alhasil para pasien mengganti kaki palsu mereka berkali-kali sepanjang hidupnya. Martino bersaudara  menuturkan beberapa dari mereka bersikap begitu terbuka sehingga seperti bagian keluarga mereka sendiri.

Joe Lemar yang telah menjadi pasien selama sekitar 20 tahun adalah salah satunya. Pelatih berusia 42 tahun ini memulai berkomptisi dengan kaki palsu setelah kehilangan kakinya akibat tumor. Lemar  telah memenangkan medali di Paralimpiade di tahun 1992 dan 2000.

Selama bertahun-tahun, United Prosthetics telah memasang lebih dari 20 kaki palsu pada Lemar dan pria ini mengatakan para korban pengeboman berada di tangan yang tepat bila mendatangi Martino.

“Mereka akan cepat kembali seperti semula,” katanya

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement