REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilai kasus tembak mati kepada satpam yang dilakukan oleh anggota Brimob Briptu W sebagai masalah umum. Reza memandang, pada dasarnya, penyebab penembakan dalam kejadian ini dan kasus-kasus lainnya nyaris serupa.
Dari sisi psikologi, seseorang yang menenteng senjata api (senpi) tak perlu banyak alasan untuk mengoperasikan senapannya.
Justru, faktor memiliki senpi itulah, kata dia, yang mendorong seseorang gatal ingin menggunakannya. Meskipun sebetulnya si penembak paham, dia tak perlu harus sampai mengeluarkan senjata untuk masalah yang tengah ia hadapi.
"Faktanya, tanpa perlu disertai motif, pemilik senpi, siapa pun, bisa saja terdorong untuk pakai senjatanya," kata Reza kepada Republika Kamis (7/11).
Terkait aksi' koboi' Briptu W, Reza menilai Polri sudah seharusnya tercambuk untuk melakukan pengawasan ketat. Dia menjelaskan, Polri perlu mengawasi anggotanya yang diberi kepercayaan dalam memegang senjata.
Menurutnya, Polri perlu menilai secara objektif seluruh anggotanya yang menjadi kandidat penerima senpi. Bukan hanya unsur pengawasan, uji kelayakan sebelum pemberian senjata pun perlu dilakukan kepada seluruh personel kandidat.
"Harus dipastikan bahwa hanya mereka dengan tendensi kekerasan minimal yang boleh menerima senpi," ujar dia.
Reza pun mengingatkan Polri untuk sebaik-baiknya memperhatikan unsur psikologi anggotanya yang memegang senpi. Jangan sampai, ujarnya, gangguan mental yang tengah mendera anggota pemegang senjata membawa personel tersebut ke jurang kekhilafan.