REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Human Rights Watch pada Rabu menyerukan penyelidikan menyeluruh dan jujur atas dugaan pasukan khusus Amerika Serikat terlibat dalam penyiksaan dan pembunuhan warga Afghanistan.
Kelompok hak asasi bermarkas di Amerika Serikat itu mengutip laporan 'Rolling Stone' terbitan Rabu yang menimbulkan pertanyaan baru tentang peran Baret Hijau Angkatan Darat Amerika Serikat dalam kematian dari 18 orang pada 2012-2013 di kabupaten Nerkh, Provinsi Wardak, di luar ibukota Kabul.
"Peristiwa Nerkh itu harus diselidiki secara seksama, tidak memihak dan terbuka," kata pernyataan Andrea Prasow, penasihat penting kontraterorisme di Human Rights Watch.
"Meskipun jelas bahwa kejahatan terjadi, pemerintah Amerika Serikat perlu menegaskan yang sebenarnya terjadi dan yang bertanggung jawab," katanya.
Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat memiliki catatan buruk melakuan pelanggaran hak asasi, yang diduga dilakukan pasukan negara adidaya itu selama 12 tahun perang di Afghanistan.
'Rolling Stone' yang mengutip wawancara dengan warga, kerabat dan pejabat Afghanistan itu menduga jasad 10 korban yang sebelumnya dinyatakan hilang tersebut ditemukan terkubur di dekat pangkalan satuan Baret Hijau yang dikenal sebagai ODA 324.
Tulisan itu mengutip keterangan warga Afghanistan yang ditahan pasukan Amerika Serikat dengan tuduhan melihat penerjemah Afghanistan, Zikria Kandahari, membunuh tetangganya dengan tentara negara adidaya tersebut bersiaga dan tak melakukan apa pun untuk menghentikannya.
Kandahari ditangkap pihak berwenang Afghanistan pada Mei dan dituduh menyiksa serta membunuh warga saat bekerja untuk Baret Hijau. Tapi, Kandahari diduga mengikuti perintah serdadu Amerika Serikat tersebut.
Berdasarkan atas wawancara dengan penduduk desa, tulisan majalah itu menduga pasukan Amerika Serikat mungkin menutup mata terhadap beberapa pembunuhan, terlibat dalam penyiksaan terhadap beberapa tahanan dan bahkan beberapa pembunuhan.
Setelah pengungkapan pertama kemungkinan kejahatan perang muncul, Presiden Hamid Karzai memerintahkan pasukan khusus Amerika Serikat meninggalkan provinsi itu pada Februari.
Berdasarkan atas kesepakatan kompromi, satuan Baret Hijau meninggalkan kabupaten Nerkh pada Maret, namun pasukan Amerika Serikat masih di tempat lain di Wardak.
Pimpinan pasukan NATO di Afghanistan, Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF), melakukan penyelidikan tapi tidak menemukan bukti kesalahan pasukan khusus itu.
Pada Juli, Komando Penyelidikan Kajahatan Angkatan Darat Amerika Serikat meluncurkan penyelidikan baru atas pembunuhan itu.
'Rolling Stone', yang mengutip sumber tentara, menyatakan penyelidikan itu datang sesudah Palang Merah Internasional memberikan bukti baru dalam perkara tersebut.
"Kami melakukan penyelidikan terbuka atas kejahatan," kata Chris Grey, juru bicara Komando Penyelidikan Kajahatan, kepada AFP.
''Petugas khusus dari komando itu melancarkan penyelidikan setelah diberitahu tentang tuduhan pada 17 Juli dari penasihat hukum di markas ISAF di Kabul,'' tambahnya.
''Penguasa tentara tidak merencanakan melansir keterangan mengenai perkara itu untuk melindungi keutuhan penyelidikan tersebut,'' kata pejabat.