REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Penjabat Menteri Pertahanan Lebanon, Fayez Ghosn, Kamis (7/11), menegaskan negaranya takkan berdiam diri terhadap perangkat pengintai Israel di sepanjang perbatasan mereka.
Di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor medianya, Ghosn mengatakan, "Lebanon takkan berdiam diri dan mengikuti masalah kegiatan mata-mata di tingkat tertinggi."
"Angkatan Darat Lebanon akan meningkatkan konsultasi dan kontaknya dengan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) untuk mengungkap fakta mengenai peralatan mata-mata Israel di Lebanon Selatan," katanya seperti dilansir dari Xinhua, Jumat (8/11).
Ia menyatakan informasi intelijen mengenai stasiun mata-mata Israel di sepanjang perbatasan adalah bukti mengenai tindakan terus-menerus musuh untuk membuat lemah Lebanon.
Menteri Lebanon itu menyeru masyarakat internasional untuk bertindak cepat guna menghentikan pelanggaran yang terus-menerus dilakukan Israel terhadap wilayah darat, udara, dan perairan Lebanon.
Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri pada Rabu mengungkapkan Israel telah mendirikan sejumlah stasiun pengintai di sepanjang perbatasan, mulai dari jalan lintas An-Naqoura sampai Khiyam, sepanjang jalan menuju Shebaa. Stasiun mata-mata terbesar diduga didirikan di Daerah Al-Abbad dan Jal Al-Alam, yang berada di dekat garis demarkasi PBB, Jalur Biru.