REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Anggota Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menyerukan penyelidikan internasional. Penyelidikan ini dilakukan untuk mengungkap dalang utama tewasnya pemimpin Palestina, Yasser Arafat.
Ia pun langsung menunjuk kepada kejahatan negara bukan individu. Sehari sebelumnya, ilmuwan Swiss memastikan kalau Arafat meninggal akibat keracunan polonium.
Dikutip dari Al Jazeera, ilmuwan Swiss melaporkan, dari penelitian toksologi terhadap tulang Arafat, ditemukan bahan radio aktif Polonium 210 (Po 210) 18 kali lebih tinggi dari penelitian awal.
Anggota Komite Eksekutif PLO Wasel Abu Yusuf menyatakan, hasil ini membuktikan hipotesa awal bahwa Arafat diracun. Sedangkan zat yang terkandung, yaitu Po 210 tak mungkin dimiliki perorangan. Ia pun yakin hanya sebuah negara yang memiliki zat tersebut.
''Yang berarti kejahatan dilakukan oleh negara,'' ucap dia, dinukil dari Al Jazeera, Jumat (8/11). Atas dasar itu, dikutip dari AFP, ia pun meminta segera dibentuk komite internasional untuk menyelidiki pembunuhan Presiden Arafat.
Sama seperti pembentukan komite untuk menyelidiki pembunuhan Perdana Menteri Libanon, Rafiq Hariri. Sedangkan komite sentral partai Fatah, yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas dan didominasi anggota PLO, bertemu Kamis kemarin untuk membahas temuan itu.
Anggota komite eksekutif yang lain, Qais Abd al Karim menyatakan, laporan itu akan mendorong terbentuknya tim investigasi independen dan kredibel internasional. Ia menambahkan, saat ini hanya Israel yang memiliki motif dan kemampuan untuk melakukan ini.
Skandal dan kejahatan ini juga menunjukkan Israel bertanggung jawab atas kekejaman itu. Ia pun menilai Israel seharusnya mendapat ganjaran sesuai hukum internasional.
''Mereka harus membayar untuk kejahatan itu,'' tutur dia, dikutip dari Al Jazeera. Hanya saja Janda Arafat, Suha, menolak untuk menunjuk siap pun sebagai pembunuh sang suami.