REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerajaan Arab Saudi sedang gencar-gencarnya merazia tenaga kerja ilegal di sejumlah kota. Termasuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal yang melewati batas waktu amnesti. Semua TKI ilegal saat ini memilih sembunyi di sejumlah titik di beberapa kota.
Rahmat Abdul Raqib, salah satu TKI legal yang memantau perkembangan mengatakan kebanyakan TKI ilegal berasal dari Indonesia, Filipina, Srilangka, Bangladesh, India, Pakistan, Nepal. Mereka bekerja sebagai petugas kebersihan di area publik macam rumah sakit, apotik, perusahaan listrik, perusahaan air, hotel, rumah makan, toko, dan lain.
Sebelum ada razia yang sudah berlangsung empat bulan terakhir, kata Rahmat, jam kerja TKI ilegal masih normal yakni dari 07.00 pagi sampai 18.00 petang. Mereka menerima upah antara 500-700 riyal, yang termasuk murah, karena tanpa ikatan kerja.
Sejak diberlakukan razia bertahap, perlahan para TKI ilegal bekerja agak malam. Sampai sekarang, mereka sama sekali tidak bekerja karena majikannya (kafil) memulangkan ke tempat masing masing.
Yang jadi masalah, ungkap Rahmat, adalah sebagian jam kerja TKI ilegal yang belum dibayarkan oleh Kafil. "Ini karena mereka ilegal tidak punya perjanjian kerja yang resmi," kata Rahmat pada ROL, Jumat (8/11).
Para TKI ilegal itu pasrah pulang asal gratis. Mereka ogah pulang kalau pemerintah Indonesia mengutip biaya. Karena dana mereka sudah minim dan belum dibayar majikan. "Uang simpanan TKI ilegal hanya habis unutk bayar kontrakan dan kebutuhan hidup," kata Rahmat.