REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Ketua komisi Palestina yang menyelidiki kematian Yasser Arafat mengatakan kepada para wartawan hari Jumat kematian mantan pemimpin Palestina itu sembilan tahun lalu tidak terjadi secara alami. Mantan kepala intelijen Palestina Tawfiq Tirawi mengacu pada kajian oleh Swiss atas jenazah Arafat yang menemukan ia mungkin diracun.
Ia mengatakan isu intinya adalah mencari tahu siapa dibalik kematian Arafat dan siapa yang memiliki perlengkapan teknis dan ilmiah untuk melakukan pembunuhan itu. Ia mengatakan komisi Palestina itu menganggap Israel sebagai tersangka pertama dan satu-satunya dalam pembunuhan Arafat.
Para pejabat Israel secara tegas membantah tuduhan itu. Jurubicara Kementrian Luar Negeri Israel Yigal Palmor mengatakan Palestina tidak punya bukti. “Saya ingin mengatakan sejelas mungkin: Israel tidak membunuh Arafat, titik. Sesederhana itu. Tidak ada embel-embel lain. Kami tidak berkaitan dengan kematiannya,” tegas Palmor seperti dilansir VOA.
Arafat meninggal tahun 2004 pada usia 75 tahun setelah sempat diterbangkan ke Eropa dari Tepi Barat dalam kondisi kesehatan buruk. Ia berada dalam kepungan pasukan Israel di Ramallah karena serangan teroris yang disebut Intifada Kedua.
Banyak rakyat Palestina percaya Arafat diracun dengan satu dosis polonium yang mengandung radioaktif. Zat polonium sangat langka dan sulit terdeteksi. Zat ini diduga digunakan dalam pembunuhan seorang bekas agen rahasia Rusia di Inggris tujuh tahun lalu.