REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG –– Menjamurnya tempat hiburan malam di pesisir utara Kabupaten Karawang dinilai berdampak negatif terhadap moral para remaja.
Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Karawang mengaku kewalahan mengatasi aktivitas pekerja seks komersial (PSK). Apalagi, PSK yang menggeluti bisnis haram ini tak hanya orang dewasa, tapi juga kalangan pelajar.
Kepala Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana Ka bupaten Karawang Rokhuyun A Santosa mengatakan, banyak kalangan PSK yang masih duduk di bangku sekolah tingkat SMP dan SMA.
“Wilayah kita ini, perkembangan industrinya cukup bagus. Dampak negatifnya, banyak bermunculan fasilitas hiburan malam,” ujarnya, kepada wartawan, beberapa waktu lalu.
Para PSK kini, lanjut Rokhuyun, didominasi oleh remaja yang masih sekolah. Bahkan, yang paling mengkhawatirkan, tak jarang dari para PSK yang terjaring razia mengidap HIV dan AIDS.
Rokhuyun mengaku, maraknya para pelajar yang terjun ke dunia hitam ini, membuat pihaknya miris. Namun, instansinya ini tak bisa berbuat apa-apa. Sebab, peran Dinas Sosial dalam persoalan PSK hanya berada ditataran pembinaan pasca-dilakukannya operasi atau razia yang digelar Satpol PP.
Sejauh ini, para PSK yang terjaring razia dilakukan pembinaan di luar kota. Karena, sampai saat ini Karawang belum memiliki panti pembinaan khusus. Selain itu, pihak nya juga belum memiliki program pembinaan secara dini terhadap para PSK ini.
Terungkapnya pelajar yang berprofesi sebagai PSK ditemukan saat razia. Menurutnya, pihaknya melengkapinya dengan tes HIV/AIDS. Ternyata, dari yang terjaring, ada PSK positif HIV.
Sumber Republika mengatakan, dirinya sering mendatangi tempat hibur an malam. Salah satunya, tempat karaoke. Ternyata, di tempat hiburan itu tersedia jasa PSK. Parah nya lagi, yang menjajakan diri adalah anak-anak pelajar. “Mereka ABG. Bahkan, ada yang SMP,” ujarnya. Untuk tarif menemani karaoke, pelajar tersebut diberi tips minimalnya Rp 100 ribu per jam.