REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Turki telah berinisiatif meningkatkan sumbangan mereka untuk anggaran tahunan UNESCO, menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. “Kami berharap, ini dapat meringankan sedikit beban yang dihadapi lembaga ini saat ini,” kata Menteri Pendidikan Nasional Turki, Nabi Avci, di Paris, Ahad (10/11).
UNESCO, organisasi dunia yang bergerak di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, kini tengah dilanda krisis keuangan. Hal ini menyusul penghentian pendanaan dari Amerika Serikat dan Israel kepada lembaga PBB itu, sejak dua tahun lalu. Kedua negara tersebut memutuskan untuk tidak lagi membayar iuran keanggotaannya di UNESCO, sebagai bentuk protes terhadap organisasi ini yang memberikan keanggotaan penuh kepada Palestina.
Penghentian suplai bantuan uang dari AS dan Israel ini membuat badan yang mengurus warisan budaya dunia ini kesulitan dalam membiayai program-program mereka. Bahkan, beberapa karyawannya pun kini terancam kehilangan pekerjaan mereka.
Menyikapi sikap kekanak-kanakan AS dan Israel ini, UNESCO telah memberikan tenggat waktu hingga Jumat (15/11) pekan depan kepada kedua negara ini, agar kembali membayar iurannya. Jika itu tidak mereka lakukan, maka AS dan Israel otomatis akan kehilangan hak suaranya di UNESCO.