REPUBLIKA.CO.ID, TACLOBAN -- Petugas evakuasi masih berjuang untuk mencapai kota dan desa yang hancur di Filipina tengah akibat Topan Haiyan. Hingga Senin (11/11), mereka masih berjuang untuk mampu mengakses daerah korban bencana untuk memberikan bantuan.
PBB melansir, kemungkinan masih banyak korban dengan jumlah yang belum dipastikan, tidak punya makanan, air atau obat-obatan. Sementara, operasi bantuan telah terhambat karena jalan, bandara dan jembatan telah hancur atau tertutup reruntuhan.
Topan Haiyan menghancurkan sekitar 70 hingga 80 persen struktur jalan, seperti yang terjadi pada Provinsi Leyte, Jumat (8/11) lalu saat topan menghancurkan jalan disana, kata kepala polisi Inspektur Elmar Soria, seperti dilaporkan Reuters.
Gelombang besar berasal dari salah satu badai terkuat yang pernah tercatat, menyapu desa pesisir dan menghancurkan Tacloban , kota utama di wilayah tersebut. Beberapa pejabat menyamakan dampak bencana ini dengan tsunami di Samudera Hindia tahun 2004.
"Dari helikopter , anda dapat melihat sejauh mana kerusakan . Dari pantai dan bergerak kilometer pedalaman, tidak ada struktur berdiri. Rasanya seperti tsunami," kata Menteri Dalam Negeri Manuel Roxas ,yang berada di Tacloban sebelum topan melanda kota .
"Saya tidak tahu bagaimana untuk menggambarkan apa yang saya lihat. Ini mengerikan,"tambahnya.
Pemerintah Filipina dan badan bencana belum mengonfirmasi perkiraan jumlah kematian terbaru akibat badai yang memiliki kecepatan angin mencapai 195 mil per jam ( 313 km per jam ) dengan hembusan sampai 235 mph ( 378 kph). Setelah topan melemah , badai besar menuju barat menuju Vietnam.