Senin 11 Nov 2013 11:01 WIB

Usai Dipecat DHL, Mohamed Maow Tak Bisa Bayar Tagihan

Mohamed Maow
Foto: AP
Mohamed Maow

REPUBLIKA.CO.ID, Selama lebih dari tiga tahun , Mohamed Maow bekerja di DHL Global Mail di Hebron , Ky. Dia mengaku, mendapatkan 11,57 dolar AS per jam untuk menyortir surat, sementara dia akan dibayar separuhnya jika bekerja lembur. 

Dikutip dari USA Today, Lelaki berusia 27 tahun ini adalah seorang pengungsi yang berasal dari Somalia. Dia datang ke Amerika Serikat pada tahun 2007. Pengakuan Maow, DHL Express tidak pernah memberikan komentar negatif apa pun tentang kinerjanya.

Namun pada 9 Oktober 2013 lalu, semua berbalik saat dia dan 23 koleganya 'mencuri lima menit' untuk menunaikan Sholat Maghrib berjamaah. Mereka dituduh tidak disiplin dan melanggar waktu kerja. 

"Ini adalah pekerjaan yang baik," kata Maow. Pria itu kini menganggur, sementara dia harus membayar tagihan selama tinggal di Amerika Serikat.

Dia pun tidak dapat mengirim uang kepada sanak keluarga di Afrika. Maow memang memiliki dua anak hidup sebagai pengungsi sementara ibu mereka berada di Ethiopia.

Maow adalah satu dari 11 pekerja yang membuat pengaduan  ke 'Equal Employment Opportunity Commission AS' . Mereka adalah bagian dari 24 pegawai DHL Express yang dipecat karena  melaksanakan hak agama mereka, meski dilindungi secara hukum. 

Council of America Islamic Relation (CAIR) telah mengajukan keluhan atas nama pekerja yang dipecat .

"Kami Meminta semua upaya hukum yang tersedia diperbolehkan menurut Bab VII ( Undang-Undang Hak Sipil federal 1964) dan Kentucky Civil Rights Act yang memastikan hak-hak sipil semua pekerja dihormati, yang terbatas pada pengrusakan, pemindahan pekerjaan untuk perubahan yang tepat dan perubahan kebijakan, " kata Booker Washington , staf pengacara CAIR.

Hukum hak-hak sipil federal telah mengatur adanya 'Akomodasi yang sesuai dengan akal sehat' untuk memungkinkan  ibadah agama yang harus diikuti oleh karyawan. Shalat, pilar kedua Islam, Membutuhkan doa yang akan dilakukan pada lima waktu tertentu di siang hari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement