Senin 11 Nov 2013 11:04 WIB

Megawati Ceritakan Pengalaman Awal Terjun ke Dunia Politik

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Mansyur Faqih
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
Foto: ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jarang diketahui publik bagaimana sesungguhnya kisah persahabatan yang terjalin antara Megawati Sukarnoputri, Taufik Kiemas, dan Sabam Sirait dalam dunia politik. Saat menghadiri perayaan ulang tahun ke-77 Sabam Sirait, Megawati membeberkan pengalamannya terjun ke dunia politik. 

Kala itu dekade 1980-an, Mega dan Taufik baru saja menyelesaikan makan malam di Kemayoran. Saat hendak meninggalkan restoran tiba-tiba keduanya dipanggil oleh Sabam. "Dari jauh dia (Sabam) memanggil. 'Taufik, Mega, sini! Masih sempat ngomong tidak?'," kata Mega menirukan panggilan Sabam.

Mendengar panggilan Sabam Taufik mendekat. Sedang Megawati diam tak beranjak. Kepada Taufik, Sabam menawarkan agar kedua pasangan suami istri terjun ke dunia politik. Bergabung bersama Partai Demokrasi Indonesia yang didirikan Sabam. "Fik coba lah kamu berdua masuk ke politik," ujar Sabam kepada Taufik.

Mendengar ajakan Sabam, Taufik dan Megawati hanya tertawa. Menurut keduanya ajakan terjun ke dunia politik nyaris mustahil dilakukan keluarga Bung Karno pada masa itu. Karena saat itu pemerintah melarang keluarga Bung Karno terjun ke dunia politik. "Waktu itu sedang keras-kerasnya orang antikeluarga Bung Karno. Mana mungkin kami ke politik," kata Mega.

Beberapa lama setelah pertemuan itu Taufik kembali bertemu dengan Sabam. Kali ini tanpa ditemani Megawati. Usai pertemuan, Taufik kembali ke rumah. Dia ceritakan pertemuannya dengan Sabam. Tak perlu waktu lama bagi Megawati untuk menerka isi pembicaraan keduanya. "Pasti diajak ke politik lagi kan?," kata Megawati kepada Taufik.

Pertanyaan Megawati dibenarkan Taufik. Sabam rupanya masih penasaran membujuk kedua pasangan ini terjun ke politik. Lama Megawati menolak masuk ke politik. Sampai akhirnya pada 1986 hati Megawati luluh. Dia memutuskan menerima ajakan Sabam bergabung ke PDI. Kariernya diawali dengan menjadi Wakil Ketua DPC PDI Jakarta Pusat.

Hanya butuh waktu satu tahun bagi Megawati untuk terpilih menjadi anggota DPR. Saat Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI. Namun, pemerintah tidak puas dengan pemilihan tersebut. Megawati pun didongkel dalam kongres di Medan pada 1996 yang memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.

Megawati tidak menerima pendongkelannya. Dia ogah mengakui Kongres Medan. Bagi Megawati dia ketua umum yang sah. Soerjadi yang didukung pemerintah mengancam akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro. Mega tak mau surut. Dia dan pendukungnya terusa bertahan menduduki kantor PDI. Ancaman Soerjadi akhirnya dibuktikan lewat serangan pada 27 Juli 1996. Sejumlah pendukung Megawati yang mempertahankan kantor PDI tewas dalam insiden ini.

Akibat serangan ini Megawati justru menjadi ikon baru perlawanan kepada rezim Soeharto. Setelah Soeharto jatuh dari kekuasaan Megawati mendirikan PDI Perjuangan pada 1999. Dia berhasil membawa partainya menjadi pemenang pemilu dan menjadi ketua umum pertai tersebut hingga sekarang. 

Dari pengalaman panjangnya itu Megawati mengaku bersyukur pernah diajak Sabam ke dunia politik. Menurutnya kalau saja Sabam tidak terus membujuknya mungkin Megawati tidak akan menjadi tokoh politik yang disegani seperti sekarang. "Saya dan Pak Sabam itu punya kesamaan. Sama-sama keras kepalanya," ujar Megawati. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement