REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) RI menduga lembaga-lembaga asing bidang kelautan banyak melemparkan isu negatif tentang keamanan perairan Indonesia terutama wilayah Selat Malaka.
"Mereka banyak mengatakan banyak kejahatan berupa perompakan yang dialami kapal-kapal yang melintas. Padahal kenyataannya hanya kejadian pencurian kecil," kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Bakorkamla RI Laksamana Madya TNI Bambang Suwarto di Batam, Senin (11/11).
Ia mengatakan secara keseluruhan perompakan di periran Selat Malaka jauh menurun. Yang terjadi hanyalah beberapa kasus pencurian kecil seperti cat segelintir orang untuk keperluan makan. "Sepeti itu kan bukan perompakan. Namun dalam beberapa laporan yang disampaikan, dinyatakan bahwa perompakan walaupun kami selalu membantahnya," kata dia.
Bambang mengatakan, isu tersebut dibuat salah satunya untuk keperluan klaim asuransi dan kepentingan ekonomi lainnya. "Yang pasti, angka kejahatan yang terjadi menurun, termasuk yang disebut-sebut perompakan itu," kata Bambang.
Direktur Polisi Perairan Polda Kepri, Yassin Kosasih mengatakan hingga awal November belum ada laporan perompakan yang terjadi di sekitar perairan Selat Malaka dan Kepri. "Kalau ada kejadian di Selat Malaka diluar wilayah Kepri kami pasti juga mendapat laporan. Namun, hingga kini tidak ada kejadian yang dilaporkan," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Sutarman di Batam mengatakan seluruh lembaga yang memiliki kewenagan di laut masih sering mengutamakan ego sektoral sehingga banyak kejahatan yang tidak terungkap. Ia meminta seluruh lembaga mengesampingkan ego sektoral demi keamanan negara terutama wilayah perbatasan.
"Banyak benturan yang terjadi terutama pada level petugas lapangan, sehingga banyak permasalah tidak teratasi," kata dia di Batam pekan lalu. Hal tersebut, kata dia, membuat banyak perusahaan yang kapalnnya lalulalang di perairan Kepri tidak percaya pada pengamanan aparat Indonesia.