Senin 11 Nov 2013 20:05 WIB

Orkestra Taman, Perbudakan dan Info Surgawi

Erick Yusuf
Foto: ROL
Erick Yusuf

REPUBLIKA.CO.ID, Bismillahirrahmaanirrahiim,

Dahan-dahan pakis kecil yang baru tumbuh menggeliat, seakan ingin menyapa sang bunda pakis yang sudah lebih dulu memeluk, menjulurkan dahan-dahan dan dedaunannya dengan kehangatan yang anggun.

Sikas pemberian mertua begitu membanggakan, tegap dan gagah merekah, di belakangnya sepoi semilir angin lembut membuat daun-daun dan ranting kecil jambu kancing merah berdansa. Terpaan hangat sinar matahari mengiringi gemericik air kolam kura-kura yang mengalir, menambah keharmonisan barisan rumput gajah hijau serta bambu air di dekatnya.

Sesekali semerbak wangi bunga-bunga yang berwarna-warni tercium, subhanallah walhamdulillah wallahuakbar. Betapa indah orkestra taman alkatum ini.

Yup, untaian kata di atas adalah gambaran taman kecil di tengah rumah sebagai hobi baru yang sangat menyenangkan. Seorang ustadz mengatakan berkhidmat dengan cara bertaman merupakan salah satu cara “tazkiyatun nafs”.

Semoga saja, tapi yang terbawa dalam pikiran saat ini adalah ketika ngobrol santai dengan istri semalam setelah menonton salah satu acara debat para lawyers di televisi. Istriku yang terpancing emosinya menjadi kesal terhadap akhlak orang-orang tersebut, menurut saya sebaiknya matikan saja tv-nya dari pada jadi kesal.

Kemudian obrolanpun berkembang menjadi tema-tema yang diangkat di media-media baik Koran, televisi dan lain sebagainya. Tema-temanya selalu tentang kejahatan, keculasan, kriminalitas, tawuran, korupsi, perebutan kekuasaan, gossip miring artis dan kehidupan para tokoh yang melampaui batas. Yang didominasi oleh berita-berita negatif, maksiat, yang membuat prihatin, sedih, kesal, dongkol lebih jauh lagi membuat kita pesimis, menjauhkan kita dari harapan yang lebih baik esok hari.

Tapi mungkin itu berita-berita atau tema-tema yang laku, apalagi di dunia yang serba industri. Yang penting laku dijual, kadang melanggar norma, nilai-nilai etis estetis, bahkan nilai agama pun mereka labrak. Yang lebih heran, kok ada beritanya. Bukan cuma pemberitaannya. Bukan hanya isu, gosip atau isapan jempol. Nyata dan semakin banyak peristiwa-peristiwa yang aneh tapi seakan-akan biasa, yang nyeleneh jadi lumrah, yang betul-betul baik jadi asing.

Teringat hadis Rasulullah SAW; “Pada awalnya Islam itu asing dan Islam akan kembali asing sebagaimana pada awalnya. Sungguh beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR. Muslim no 389 dari Abu Hurairah)

Saya teringat pula ayat Allah SWT yang menyatakan; “Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,..” (QS. Al Balad, 90 : 12-13)

Ayat “fakku raqabah” yang artinya melepaskan budak dari perbudakan. Jika kita bedah pemahamannya, dari kata “fakku” yang terambil dari kata “fakka” yang artinya membuka. Sedangkan “raqabah” pada mulanya berarti leher. Jadi dapat disimpulkan pada mulanya arti “fakku raqabah” adalah membuka ikatan leher.

Pada zaman dahulu tawanan dan budak atau hamba sahaya diikat kaki dan tangannya ke lehernya agar tidak bebas bergerak. Makna ini dapat dikembangkan sehingga mencakup seluruh manusia yang terbelenggu secara lahir dan bathin.

Banyak kita lihat dewasa ini orang-orang yang terbelenggu secara pikiran, hobi dan kesenangannya terhadap sesuatu yang menjauhkannya dari Allah SWT. Mereka-mereka itulah budak-budak nafsu dan kesenangan di zaman sekarang ini. Artinya perbudakan terhadap manusia pada zaman dahulu telah terhapuskan sebagaimana yang diinginkan oleh Islam dari sejak 14 abad yang lalu, tetapi sekarang bentuknya bermetamorfosa menjadi perbudakan dalam bentuk penjajahan pikiran, budaya, etika, nilai-nilai moral dan sebagainya.

Dapat disimpulkan termasuk mereka-mereka yang mendahulukan kesenangan dan nafsunya, yang pada akhirnya menjauhkan mereka dari aturan-aturan Allah SWT. Merekalah yang termasuk ke dalam kategori budak-budak zaman sekarang. Dan kita semua bertugas untuk membebaskan pikiran yang membelenggunya agar terbebas dan dapat kembali kepada aturan Allah SWT.

Lalu saya menerawang di hadapan taman pagi ini, bisakah ada satu media yang dibangun khusus untuk berita-berita yang baik saja. Yang tidak menebarkan atmosfer yang negatif, yang memotivasi pemirsanya agar melakukan sesuatu yang positif, yang menebarkan harap, yang memberitakan info-info surgawi. Bukankah itu berarti mencounter berita-berita buruk yang semakin lama, semakin mendominasi pemberitaan di media-media sekitar kita?

 Insya Allah dalam waktu dekat, saya bersama teman-teman yang tergabung dalam dakwah kreatif iHAQi (dalam yayasan iHAQi) akan segera melaunching iHAQi tv, radio dan online magazine yang berlandaskan pada konsep “info-info surgawi”.

 Mohon support dan do’anya, atau jika ingin terlibat lebih jauh dalam kreatif, produksi, apapun sponsor bahkan donatur. Mangga silahkan rapatkan barisan, pintu kami selalu terbuka untuk itu. Insya Allah.

Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Ustaz Erick Yusuf

Pendiri iHAQi

@erickyusuf

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement