REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik LIPI Siti Zuhro mengatakan, pemerintahan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah setelah ditinggal mati suaminya Hikmat Tomet dan ayahnya Chasan Shohib mengalami goncangan.
Pemerintahan yang dilandasi oleh politik kekerabatan mengandalkan dukungan keluarga atau kerabat yang duduk dalam kekuasaan, Selasa, (12/11).
"Seperti pohon kekuasaan yang cabang-cabang dan rantingnya dihuni oleh keluarga besarnya sendiri. Dengan meninggalnya bapak dan suami Ratu Atut, maka akan berkurang pula kekuatan dari bangunan kekuasaan itu," kata Siti.
Apalagi, ujar Siti, saat ini Ratu Atut menghadapi masalah pencekalan dan adiknya juga bermasalah dengan hukum, beban tanggung jawab Atut akan semakin berat sekarang ini. Pencekalan yang menjerat Atut membuat bebannya makin berat, termasuk kinerja pemerintahannya yang mulai dipertanyakan publik di Banten.
Atut, terang Siti, saat ini menghadapi masalah pencekalan yang dikenakan KPK. Keterlibatan adiknya dalam kasus suap yang membuat adiknya jadi tersangka bisa merembet ke kasus-kasus hukum lainnya.
"Tak tertutup kemungkinan masalah adiknya mengancam Atut. Masalah hukum yang dihadapi seseorang biasanya cukup menguras perhatian dan tenaga, bila ini yang terjadi, Atut akan sulit bisa konsentrasi ke tugas pemerintahannya," kata Siti.
Konsentrasi Atut dalam menjalankan tugas pemerintahan terpecah. "Ini bisa berakibat terhadap efektivitas kinerja pemerintahannya," ujar Siti.