REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kelompok oposisi utama Suriah menyatakan akan menghadiri perundingan damai, asalkan Presiden Bashar al-Assad mengalihkan kekuasaan dan tidak diikutsertakan dalam proses peralihan.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan dua hari di Istanbul, Koalisi Nasional mengatakan pihaknya akan mengambil bagian dalam perundingan damai di Jenewa berdasarkan peralihan penuh kekuasaan.
Koalisi juga menetapkan Bashar al-Assad dan mereka yang tangannya berlumuran darah rakyat Suriah tidak akan mendapatkan peranan pada masa peralihan dan masa depan Suriah.
Ketika berbicara di Abu Dhabi, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan keputusan apapun yang diambil oleh oposisi untuk hadir dalam perundingan itu akan menjadi sebuah langkah besar.
"Kami mencatat bahwa oposisi Suriah telah memilih untuk berangkat ke (konferensi) Jenewa II. Ini merupakan langkah besar ke depan dan langkah yang sangat penting," kataKerry.
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan kepada para anggota parlemen, "Saya sangat menyambut baik," ucapnya terkait kesiapan oposisi Suriah untuk menghadiri perundingan.
"Kami terus mendorong ditentukannya tanggal bagi penyelenggaraan konferensi damai dan Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Liga Arab, Lakhdar Brahimi, telah menekankan bahwa ia masih berupaya untuk dapat menyelenggarakan konferensi itu sebelum akhir tahun ini," kata Hague.
Tokoh-tokoh oposisi Suriah telah sekian lama mengatakan agar Assad jangan diberi pernan apapun dalam proses peralihan politik dan bersikeras bahwa presiden Suriah itu harus mengundurkan diri.
Namun, kendati telah menyatakan keinginan untuk menghadiri konferensi Jenewa, pemerintah Suriah menegaskan bahwa kemungkinan Assad turun dari jabatannya tidak akan menjadi bahan perundingan.