REPUBLIKA.CO.ID, TACLOBAN -- Presiden Filipina Benigno Aquino mengatakan pejabat lokal berlebihan dalam menyatakan jumlah korban tewas Topan Haiyan. Dia mengatakan jumlah korban tewas sekitar 2.000 atau 2.500, bukan 10 ribu seperti sebelumnya diberitakan.
Pemerintah Filipina terkejut dengan badai dahsyat yang meratakan Tacloban, sebuah kota tepi pantai di Provinsi Leyte. Sejumlah pejabat daerah mengatakan 10 ribu orang diperkirakan tewas. Sebagian besar korban tewas karena tenggelam.
Lima hari setelah topan menerjang Filipina, petugas penyelamat masih berusaha menembus kota dan desa lain yang terkena topan. Aquino mengatakan pemerintah masih mengumpulkan informasi dari berbagai wilayah yang terkena dampak dan jumlah korban tewas masih bisa bertambah.
"Sepuluh ribu ribu (korban tewas), saya pikir terlalu banyak. Ada drama emosional terlibat dalam perkiraan jumlah itu. Kami berharap bisa menghubungi sekitar 29 pemerintah daerah dan mendapatkan jumlah yang tepat, terutama orang hilang," ujarnya dalam wawancara dengan CNN, seperti dilansir Reuters, Rabu (13/11).
Juru bicara kepresidenan mengatakan korban tewas sebanyak 1.774 dan 84 orang hilang. Jumlah tersebut, menurut petugas penyelamat sangat tidak akurat. Sejumlah petugas penyelamat juga mengutarakan rasa skeptisnya atas perkiraan pemerintah.
"Mungkin jumlah akan meningkat karena selalu ada kabar baru. Banyak wilayah yang tidak bisa diakses," ujar Sekretaris Jenderal Palang Merah Filipina Gwendolyn Pang.
Jumlah awal korban hilang, menurut Palang Merah adalah 22 ribu. Pang mengingatkan jumlah itu bisa saja termasuk orang yang sudah ditemukan. Banyak warga yang melapor kehilangan anggota keluarga, tapi tidak melapor kembali saat ditemukan.
Lebih dari 670 ribu warga dievakuasi akibat amukan topan Haiyan. PBB mengatakan banyak penduduk tidak memiliki akses untuk mendapat makanan, air dan obat-obatan.