REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah mengakui secara terbuka, rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) sampai sekarang belum jelas dan bahkan hampir bisa dipastikan rencana pemancangan pertama proyek itu mundur dari jadwal 2014.
"Belum ada (perkembangan, red). Namun, saya tidak setuju kalau proyek ini digantung dan saya bukan termasuk yang menggantung ini," kata Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menjawab pers seusai Bedah Buku "Konstruksi Indonesia" di Jakarta, Rabu.
Ia menegaskan, proyek JSS yang diproyeksikan bisa menjadi salah satu jembatan terpanjang di dunia itu, sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi, khususnya untuk Pulau Sumatera.
"Intinya saya dan Pak Hatta (Menko Perekonomian) sudah sepakat kalau proyek ini harus dibangun. Kalau saya, menunggu diundang saja untuk membicarakan ini," katanya.
Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa sebelumnya mengatakan, hingga saat ini pemerintah masih membahas masalah JSS yang diperkirakan menghabiskan investasi hingga Rp100 triliun.
"Sekarang, target 'groundbreaking' (pemancangan pertama proyek) kan sudah meleset tapi tetap kita akan selesaikan 'feasibility study' (studi kelayakannya) pada 2014 oleh PU (Kementerian Pekerjaan Umum)," katanya.
Hatta juga menyebut, opsi pembangunan sendiri, pemerintah belum berubah yakni memakai opsi kedua yakni melibatkan BUMN dalam konsorsium bersama dengan pihak swasta.
Hatta pernah menyebut bahwa proyek JSS telah dilirik oleh investor dari Korea Selatan (Korsel). JSS masuk dalam Jeju initiative yang ditandatangani Indonesia dan Korsel tahun lalu.
"Itu adalah kesepakatan Jeju Initiative. 2012 saya teken Jeju Initiative. Jadi ada lima proyek besar Kereta Api Bengkulu dan Pelabuhan Bengkulu, salah satunya juga JSS diminati," katanya.
Terakhir, persoalan seputar JSS dibahas oleh tim tujuh yang beranggotakan para menteri yang bertugas membahas perbaikan dan rekomendasi terkait persiapan pembangunan JSS. Namun, sampai sekarang belum terlihat hasilnya.