REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan analis Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Edward Snowden, diperkirakan telah membocorkan sebanyak 200 ribu dokumen rahasia AS ke media.
Pernyataan ini disampaikan Direktur Jenderal NSA, Keith Alexander, dalam sebuah sesi tanya jawab di Baltimore, akhir bulan lalu.
“Saya berharap ada cara untuk mencegahnya. Snowden telah membagikan antara 50 ribu hingga 200 ribu dokumen kepada wartawan di suatu tempat,” kata Alexander seperti dikutip dari Reuters, Jumat (15/11).
Dokumen NSA yang dibocorkan oleh Snowden pertama kali muncul di media pada Juni lalu. Hal ini tak pelak membuat pusing Washington, khususnya dalam berurusan dengan para sekutu AS. Misalnya, Jerman sangat marah ketika mengetahui NSA ternyata telah menyadap ponsel kanselir mereka, Angela Merkel.
Direktur Pusat Kontra-Terorisme Nasional AS, Matthew Olsen, menyebut ulah Snowden tersebut sangat merusak sistem keamanan nasional AS. “Tidak diragukan lagi, pembocoran ini benar-benar merugikan kita. Setelah mengetahui metode yang diterapkan NSA, teroris atau pun musuh-musuh kita lainnya pasti akan mengubah cara-cara berkomunikasi mereka,” ujarnya.
Dalam beberapa hari terakhir, para pejabat AS mengatakan, ada kemungkinan Gedung Putih akan membuat perubahan terhadap kebijakan intelijen mereka. Perubahan tersebut rencananya akan diumumkan pada akhir tahun ini.