Jumat 15 Nov 2013 17:48 WIB

Topan Haiyan 'Perbaiki' Hubungan Filipina dan Cina

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Topan Haiyan porak-porandakan Filipina.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Topan Haiyan porak-porandakan Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Topan Haiyan membawa hubungan diplomatik antara Filipina dan Cina kedalam spektrum perdamain. Beijing menggelontorkan dana hibah senilai 1,6 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk membantu Manila mengurangi dampak bencana.

BBC News melansir, angka tersebut melebihi dana bantuan semula. Dikatakan, pascabadai menghantam Kepuluan Filipina, Tirai Bambu menghaturkan belasungkawa dan siap memberi bantuan uang tunai senilai 200 ribu dolar lewat Palang Merah Cina (CRC).

Namun, skala dampak badai yang mengerikan, terutama di Kota Tacloban, Provinsi Leyte, membuat Beijing meningkatkan dana tersebut dan mengkonversinya dengan kebutuhan para korban. Uluran tangan ini, ditaksir akan menimbulkan reaksi positif atas hubungan dua negara.

Sebab selama ini, Manila dan Beijing konfrontasi atas persoalan kepemilikan Laut Cina Selatan. Manila menegaskan Beijing tidak punya hak apa pun terkait penguasaan perairan di sebelah utara Indonesia itu. Tapi Beijing mengatakan Laut Cina Selatan adalah teritori miliknya.

Belum ada tanggapan resmi dari Presiden Filipina Benigno Aquino terkait perbantuan tersebut. Namun pemberitaan di media-media AS, dikatakan BBC News membawa kritikan serius. Sementara di Cina sendiri, masih menurut BBC News, perbantuan tersebut dinilai berlebihan.

Sementara itu, sepekan pascatopan Haiyan, penyaluran bantuan untuk korban belum mencapai titik terparah. Dikatakan, jalur pemberian bantuan tidak bisa menggunakan jalur darat. Kondisi itu mendesak pemerintah memprioritaskan penyaluran lewat udara.Penyaluran lewat udara yang dialukan saat Jumat (15/11) waktu setempat membawa hasil baik.

Setidaknya bagi penduduk di wilayah Samar. Relawan dari Medecins Sans Frontieres Henry Gray mengatakan helikopter berhasil menemukan ribuan penduduk di wilayah tersebut dalam kondisi mengenaskan dan memerlukan bantuan segera.

''Ada sekira 45 ribu warga yang terputus aksesnya dan terisolasi di Guiuan,'' kata dia.

Hingga Jumat (15/11) sore waktu setempat, Kementrian Dalam Negeri Filipina mengatakan, sudah 4.660 jenazah teridentifikasi. Jumlah tersebut melewati jumlah tewas yang dikatakan Aquino beberapa waktu lalu. 

sumber : Reuters/AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement