REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah mengatakan kritikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap Jokowi soal kemacetan di DKI Jakarta hanyalah murni kritik biasa sebagai seorang presiden. Menurutnya, SBY saat melontarkan kritik tidak ada maksud menyerang Jokowi secara politis.
"Buat apa SBY menyerang Jokowi. Tidak usah dijelekkan, masyarakat juga sudah tahu kinerja Jokowi selama ini, kalau SBY menyerang malah jadi senjata makan tuan," kata Iberamsjah di Jakarta, Ahad, (17/11).
SBY tidak akan maju nyapres lagi pada Pemilu 2014. Jadi kalau PDIP menilai kritik SBY sebagai serangan politik, itu sudah terlalu jauh, tidak ada manfaatnya bagi SBY.
Namun, kata Iberamsjah, SBY seharusnya tidak menyalahkan Jokowi dalam menangani masalah kemacetan di Jakarta. "Macet Jakarta ini, sistem transportasinya yang belum bisa diselesaikan".
Meski otonomi itu kewenangan gubernur, ujar Iberamsjah, kemacetan di Jakarta berbeda dengan daerah lain. Kemacetan di Jakarta juga disebabkan banyaknya mobil yang keluar masuk Jakarta dari Bekasi, Cibinong, Tangerang, Depok, Banten.
"Untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Sistem transportasinya yang harus diubah, bukan malah menyalahkan Jokowi," kata Iberamsjah.
Pemerintah pusat, lanjut Iberamsjah, juga harus ikut bertanggung jawab dalam mengatasi kemacetan di Jakarta. Sebab Jakarta itu bukan hanya sebuah provinsi namun juga ibu kota negara.