REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang kedua pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) overstayer di Arab Saudi tiba di Bandara Soekarno Hatta, Sabtu (16/11). Rombongan sebanyak 499 orang ini terdiri dari 425 wanita dewasa, 26 anak-anak dan 45 balita.
Selanjutnya rombongan ditampung di Balai Penampungan dan Pemulangan TKI (BP3TKI) Selapajang, Neglasari, Kota Tangerang, sebelum dipulangkan ke kampung halaman masing-masing.
Sementara itu 725 warga negara Indonesia (WNI) overstayers di Jeddah telah dipindahkan ke Rumah Imigrasi Sumaishy, Rabu (13/11) lalu. Proses pengangkutan tersebut dibantu oleh tim gabungan Kepolisian dan Imigrasi dengan menggunakan 9 bus dari Imigrasi dan KJRI Jeddah.
Sejak awal, untuk mengantisipasi pengangkutan yang mendadak, KJRI Jeddah menempatkan staf untuk memantau di titik berkumpulnya WNI. Dengan adanya pengawalan dan pendampingan KJRI di lapangan, WNI dapat berbaris tertib dalam pengaturan barisan menuju bis.
"Sebab mereka umumnya khawatir kalau tidak masuk duluan, maka tidak dapat giliran untuk diangkut. oleh karena itu KJRI Jeddah dari awal tutupnya amnesty sudah mempersiapkan kerjasama dengan perusahaan transport agar sewaktu-waktu dalam waktu yang singkat dapat menyewa 10 sampai 50 bis untuk tambahan pengangkutan,” demikian disampaikan dalam rilis KJRI Jeddah, Ahad (17/11).
Kepada para WNI, KJRI mengingatkan agar di dalam Rumah Imigrasi Shumaisy WNI tetap tenang dan tunduk para peraturan serta tidak melakukan tindakan yang merugikan mereka.
Penuhnya Rumah Imigrasi Shumaisy membuat kondisi semakin sulit untuk WNI, yang tadinya WNI adalah dimasukkan dalam kamar khusus, sekarang bercampur dengan warga afrika dan lainnya.
"Kondisi antrian untuk proses exit ini juga sudah sering disosialisasikan kepada WNI yang masih bersikeras. Agar mengerti proses exit itu bukan dalam hitungan hari dan minggu, kemungkinan berbulan-bulan dan bertahun-tahun apabila Shumaisy sudah penuh," tutur salah satu pejabat dalam rilis tersebut