MANILA -- Pihak berwenang di Filipina saat ini terpaksa melakukan penguburan massal karena terdapat begitu banyak jenazah korban badai topan Haiyan yang harus dikuburkan.
Di pinggiran kota Tacloban, yang porak poranda akibat topan Haiyan, hari Minggu (17/11/2013) seorang pastor memberikan upacara terakhir bagi ratusan mayat yang dimakamkan di sebuah kuburan massal.
Tak dihadiri oleh para kerabat, pemakaman tersebut hanya disaksikan petugas keadaan darurat yang menunduk seraya berdoa.
Salah satu pekerja mengatakan bahwa sudah ada 500 jenazah yang dibawa ke kuburan massal tempatnya bertugas.
Mereka yang selamat di hari yang sama mendatangi ke gereja-gereja yang rusak dan berlutut di bawah atap yang berlubang-lubang.
Setidaknya 3.681 orang tewas dalam bencana ini.
Di Gereja Katolik At Santo Nino, Tacloban, para perempuan menyusuri sela antara bangku-bangku tempat jemaat duduk, sambil membawa piring-piring untuk mengumpulkan uang sumbangan. Di atas kepala mereka, sejumlah burung terbang di sela-sela kasau.
Tepuk tangan terdengar setelah massa usai.
Rosario Capidos, yang saat ini berusia 55 tahun, menangis sambil memeluk cucunya, Cyrich, yang berusia sembilan tahun.
Saat Haiyan menerpa 8 November lalu, ia berlindung di rumah bersama sembilan anggota keluarganya. Saat air mulai naik, Rosario mengapungkan tiga cucunya di atas sepotong karet busa menyusuri jalan yang dipenuhi puing dan kontainer kapal hingga mencapai kuil China terdekat. Keluarganya selamat dari bencana.
"Karena itulah saya menangis," jelasnya,"saya bersyukur pada Tuhan saya diberi kesempatan lagi untuk hidup."
Bantuan dalam skala besar saat ini mulai mencapai para korban.
Saat ini, jumlah pengungsi bencana tersebut diperkirakan sekitar 4 juta jiwa, dan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 1 juta rumah dirusak oleh Haiyan.