REPUBLIKA.CO.ID, -- Islam mulai masuk ke Armenia pada abad ketujuh. Arab dan kemudian suku Kurdi mulai menetap di Armenia setelah invasi Arab pertama. Mereka memainkan peran yang cukup besar dalam sejarah politik dan sosial di Armenia.
Dengan invasi Seljuk pada abad ke-11 dan 12, unsur Turki akhirnya digantikan. Tekanan pemerintahan asing suksesi negara Muslim memaksa banyak Kristen dan Yunani di Anatolia dan Armenia masuk Islam dan berasimilasi ke dalam masyarakat Muslim.
Orang-orang Arab Muslim pertama menginvasi Armenia pada 640 M. Pangeran Theodoros Rshtuni memimpin pertahanan Armenia. Pada sekitar 652 M, kesepakatan damai yang memungkinkan kebebasan beragama Armenia dibuat.
Pangeran Theodoros melakukan perjalanan ke Damaskus, ia diakui oleh bangsa Arab sebagai penguasa Armenia, Georgia, dan Kaukasia Albania.
Pada akhir abad ketujuh, kebijakan khalifah terhadap Armenia dan iman Kristen menguat. Perwakilan khusus dari khalifah disebut ostikans (gubernur). Mereka dikirim untuk memerintah Armenia.
Para gubernur tinggal di Kota Dvin. Meskipun Armenia dinyatakan sebagai wilayah kekuasaan khalifah, banyak warganya yang masih tetap menganut Kristen.
Pada awal abad kedelapan, suku-suku Arab dari Crescent Hejaz dan Subur mulai bermigrasi dan menetap di kota-kota besar Armenia, seperti Dvin, Diyarbekir, Manzikert, dan Apahunik.
Unsur Muslim di Armenia tumbuh semakin kuat selama periode abad pertengahan. Setelah kekalahan Bizantium di Manzikert pada 1071 M, gelombang Turki nomaden menembus Asia Tengah dan Iran utara serta membuat jalan mereka dari menembus dan akhirnya menetap di sepanjang Armenia dan Anatolia.
Kekaisaran Ottoman (Turki Usmani) memerintah sesuai dengan hukum Islam. Dengan demikian, para ahli kitab (Kristen dan Yahudi) harus membayar pajak tambahan untuk status mereka dan kebebasan beragamanya dijamin.
Rakyat Armenia harus memberikan beberapa anak laki-laki sehat kepada pemerintah. Para lelaki itu lalu masuk Islam dan dididik menjadi prajurit terampil pada masa perang.
Beberapa provinsi dimasukkan dalam batas-batas Republik Turki pada 1923. Sisanya menjadi bagian dari Republik Soviet Sosialis Armenia.
Sejak merdeka pada 1991, mayoritas Muslim terdiri atas penduduk sementara dari Iran dan negara-negara lain. Pada 2009, Pew Research Center memperkirakan kurang dari 0,1 persen dari populasi atau sekitar 1.000 orang adalah Muslim.
Sejumlah besar masjid didirikan di Armenia selama periode kuno, abad pertengahan, dan zaman modern. Meski tidak biasa bagi gereja-gereja Kristen Armenia dan lainnya diubah menjadi masjid, Katedral Kars berubah fungsi menjadi masjid.
Hanya ada satu masjid yang dibangun pada era modern, yaitu Masjid Biru di Yereven yang masih bertahan sampai saat ini.
Negara ini memiliki luas wilayah 30 ribu kilometer persegi dengan jumlah penduduk tiga juta. Armenia terletak di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia di Pegunungan Kaukasus.
Armenia terus menjadi salah satu negara yang paling homogen secara etnis di Eropa. Pada 2001, penduduknya terdiri atas 97,9 persen etnis Armenia, Rusia sebesar 0,5 persen, Kurdi sebanyak 1,3 persen, dan lainnya 0,3 persen.
Alquran versi cetak pertama diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia dari bahasa Arab muncul pada 1910. Pada 1912, terjemahan versi Prancis diterbitkan.
Sebuah terjemahan baru Alquran dalam dialek Armenia Timur dimulai dengan bantuan Kedutaan Republik Islam Iran yang terletak di Yerevan. Terjemahan dilakukan oleh Edward Hakhverdyan dari Persia dalam tiga tahun.
Di Yerevan, ada juga komunitas kecil Muslim, termasuk Kurdi, Iran, dan penduduk sementara dari Timur Tengah.
Konstitusi yang diubah pada 2005 memberikan kebebasan beragama dan hak untuk melaksanakan, memilih, atau mengubah keyakinan agama.