REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) meminta PT Bakrie & Brothers segera membangun pipa ruas Kepodang-Semarang sepanjang 200 kilometer. Sekretaris BPH Migas Djoko Siswanto di Jakarta, Senin, mengatakan pihaknya berharap pipa Kepodang-Semarang selesai sesuai target pada akhir 2014. "Kami minta Bakrie segera membangun pipa Kepodang-Semarang, sehingga bisa dioperasikan pada akhir 2014," katanya.
Menurut dia, penyelesaian pipa tersebut penting untuk menekan biaya subsidi listrik PT PLN (Persero). Pipa akan mengalirkan gas sebesar 116 MMSCFD dari Lapangan Kepodang, Blok Muriah yang dioperasikan Petronas Carigali di laut utara Jawa Tengah ke PLTGU Tambak Lorok, Semarang milik PLN.
Djoko mengatakan, pihaknya tidak bisa memaksa Bakrie membangun pipa karena adanya moratorium Ditjen Migas Kementerian ESDM pada 2009. "Selama moratorium, kami tidak bisa mencabut hak khusus pipa tersebut. Namun, masih bisa melakukan aktivitas pembangunan," katanya.
Moratorium tersebut tidak memiliki batas waktu. Menurut dia, sebelum penerbitan moratorium, Ditjen Migas juga telah memperpanjang izin sementara pipa selama dua tahun (2005-2007).
Djoko menambahkan, Bakrie bisa membangun pipa tanpa menunggu revisi ongkos angkut (toll fee) gas. "Sambil menunggu perhitungan penilai independen soal toll fee," katanya.
BPH Migas menetapkan toll fee Kepodang-Semarang hasil lelang sebesar 0,814 dolar AS per MMSCF. Bakrie meminta revisi toll fee dengan alasan investasi tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. "Awalnya, Bakrie minta toll fee 2,2 dolar AS, lalu turun 1,2 dolar AS. BPH tetap bertahan 0,814 dolar AS," katanya.
PLN sudah menandatangani kontrak jual beli gas Kepodang dengan Petronas selama 12 tahun dari 2014 sampai Desember 2026. Saat ini PLTGU Tambak Lorok memang tidak dioperasikan sampai gas Kepodang mengalir. Sementara, beban listrik Jawa yang sebelumnya dipasok Tambak Lorok, digantikan PLTU.
PLN akan mengoperasikan kembali Tambak Lorok, setelah beban meningkat di 2016. Petronas akan memasok gas sebesar 116-121 MMSCFD ke Tambak Lorok dengan harga 4,61 dolar AS per MMBTU dan eskalasi 8,6 persen per tahun.