REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Staf Pusdiklat Mahkamah Agung (MA) Djodi Supratman mengaku sudah lama mengenal Mario Cornelio Bernardo. Ia mengenal advokat di kantor hukum Hotma Sitompoel and Associates itu sejak 2009.
Saat pertama kenal, Djodi masih menjadi staf Biro Umum MA. Menurut dia, Mario kemudian beberapa kali meminta bantuan terkait perkara yang tengah bergulir di MA. "Kalau mengecek perkara sudah beberapa kali. Sampai di mana, sudah diputus atau belum," kata Djodi, saat diperiksa sebagai terdakwa dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (18/11).
Setiap memberikan bantuan, Djodi mengatakan Mario memberikan imbalan. Namun, ia mengaku tidak meminta berapa besaran imbalannya. "Jadi saya membantu Mario. Dia biasanya kalau (saya) sudah melakukan, ngasih. Saya tidak minta berapa-berapa," ujar dia.
Hingga akhirnya pada sekitar Juni 2013 Mario kembali meminta bantuan Djodi. Menurut Djodi, kali ini Mario bukan untuk mengecek perkara. Akan tetapi, untuk mengurus kasasi perkara pidana atas nama terdakwa Hutomo Wijaya Ongowarsito. Djodi mengatakan, Mario meminta Hutomo dihukum sesuai memori kasasi jaksa penuntut umum. "Kalau masalah urus ini baru sekali," kata dia.
Djodi mengaku menyesal telah membantu Mario untuk mengurus perkara. Ia mengatakan telah menerima uang senilai Rp 150 juta dari Mario yang diberikan melalui kurir. Menurut Djodi, uang itu akan diberikan kepada Suprapto, staf salah satu hakim agung di MA. "Untuk mengurus perkara pidana itu supaya memori kasasi jaksa dikabulkan," ujar dia.