Selasa 19 Nov 2013 19:56 WIB

Buruh Sekota Bandung Ancam Hentikan Produksi

Rep: Alicia Saqina/ Red: Heri Ruslan
Buruh berunjuk rasa tuntut kenaikan upah.
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Buruh berunjuk rasa tuntut kenaikan upah.

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Aliansi Serikat Pekerja Serikat Buruh (SP/SB) se-Kota Bandung mengancam, Rabu (20/11) akan menghentikan seluruh aktivitas produksi industri di Bandung.

Perwakilan SP/SB Kota Bandung pun telah berkirim surat kepada seluruh perusahaan, terkait penghentian total aktivitas produksi tersebut.

Koordinator lapangan aksi buruh yang sangat lantang menyuarakan tuntuntan upah minimum kota (UMK) 2014 sebesar Rp 2,7 juta di depan Balai Kota Bandung, Ajat Sudrajat mengatakan, agar hari ini buruh tak terlalu banyak mengeluarkan energinya dalam berdemonstrasi. Menurutnya, penghentian total aktivitas produksi esok hari, merupakan solusi terbaik atas belum terpenuhinya upah layak bagi pekerja di Kota Bandung.

''Ayo teman-teman buruh kita bergegas hari ini, simpan energi. Karena kita harus menyimpan energi untuk menggoyang Bandung besok, Rabu 20 November 2013. Setuju,'' seru Ajat, Selasa (19/11), tepat di depan gerbang Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana.

Ia pun mengajak ribuan buruh bergerak dari Kantor Balai Kota menuju Gedung DPRD Kota Bandung. Sekitar 10 aliansi serikat buruh Kota Bandung yang menggelar aksi demonstrasi sejak Senin (18/11) lalu, merasa kecewa. Sebab, Selasa (19/11) siang, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil beserta wakilnya, Oded M Danial, tak berada di balai kota. Menurut Ajat, wali kota dan wakilnya saat itu tengah berada di Jakarta.

Pria yang juga bergabung dalam aliansi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI) 1992 itu pun menjelaskan, anggota Komisi D DPRD Kota Bandung saat ini juga sedang ada rapat ke luar daerah. Ajat mengatakan, anggota komisi yang mengurusi ketenagakerjaan tersebut, tengah di Batam.

''Maka dari itu, kami habis berorasi di kantor wali kota segera mendatangi gedung DPRD untuk meminta dukungan agar menyetujui UMK Rp 2,7 juta,'' ujarnya.

Ia menerangkan, buruh Kota Bandung pun menuntut Ketua DPRD agar secepatnya mengeluarkan surat rekomendasi tertulis terkait kenaikan UMK 2014 itu. Tak tanggung-tanggung, bahkan jika tetap tak direspons wali kota, kalangan buruh ini mengancam akan meramaikan balai kota dengan massa yang lebih besar.

''Kita sedang menunggu teman-teman yang datang dari Bandung Timur,'' katanya dari atas mobil komando.

Ajat melanjutkan, Rabu (20/11) merupakan harga mati bagi kaum buruh Kota Bandung. Aliansi buruh meminta, agar esok baik eksekutif dan legislatif hadir dalam penentuan besaran UMK 2014 yang mereka tuntutkan. Sebab tanggal 21 November 2013 merupakan batas penyerahan surat rekomendasi kepada gubernur.

''Jika wali kota tetap tak bergeming, maka besok kami akan aksi lagi secara all out/. Mungkin kita berkonvoi, lalu berkeliling Kota Bandung dengan tujuan akhir tetap di sini, di balai kota. Terkait, penghentian aktivitas produksi, ini sudah disampaikan ke perusahaan-perusahaan. Ada yang lewat surat, ada juga telepon,'' imbuh Ajat yang berpeluh itu.

Buruh Kota Bandung memegang teguh janji mereka. Selama tiga hari berturut-turut sejak Senin (18/11), hingga esok (20/11), mereka tetap melancarkan aksi unjuk rasa menuntut upah layak di tahun 2014.

Sementara, ribuan buruh yang mendengarkan orasi Ajat terus berseru, meneriakkan kata setuju. Mereka masing-masing membawa spanduk bertuliskan ''UMK Rp 2,7 juta, Buruh Juara'', ''Upah Layak, Buruh Sejahtera. Upah Murah, Buruh Menjerit.''

Adapun akibat aksi buruh itu, selama dua hari, mulai pagi hingga Selasa sore hari, arus kendaraan di Jalan Wastukencana ditutup total.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement