REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Penyelenggaraan haji pada tahun ini berakhir dengan dipulangkannya kelompok terbang (kloter) terakhir dari Jeddah ke Tanah Air. Pada musim haji tahun depan, pemerintah akan mempersingkat waktu tinggal jamaah di Tanah Suci.
Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali mengatakan, dua penerbangan terakhir yang menutup musim haji tahun ini berasal dari debarkasi Solo, kelompok terbang (kloter) 70 dan 71.
“Dua kloter terakhir ini menggunakan Garuda Indonesia dan diperkirakan akan tiba di Tanah Air pada Selasa (19/11) pagi,” ujarnya saat menyambut kedatangan 344 jamaah haji asal Bekasi dari kloter 68 yang termasuk dari kloter terakhir debarkasi Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (18/11).
Hingga kini, jamaah haji yang wafat di Tanah Suci sebanyak 261 orang, termasuk 12 orang di antaranya jamaah haji khusus. Jumlah jamaah haji yang wafat tahun ini, kata Menag, jauh lebih sedikit dibanding periode yang sama 2012 lalu, yaitu sebanyak 425 orang.
Adapun jamaah yang masih dirawat di Arab Saudi sampai dengan hari ini, sebanyak 26 orang. “Dari jumlah tersebut, tiga orang dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPIH) dan 23 orang lainnya dirawat di sejumlah rumah sakit Arab Saudi,” katanya.
Suryadharma mengungkapkan, klaim asuransi yang dibayarkan kepada keluarga jamaah haji yang meninggal karena sakit sebesar Rp 35,5 juta. Sedangkan, untuk keluarga jamaah haji yang meninggal karena kecelakaan, sebesar Rp 71 juta.
Hingga saat ini, tercatat jamaah haji reguler yang telah tiba di Tanah Air sebanyak 374 kloter terdiri atas 152.522 orang. Sedangkan jamaah khusus (ONH Plus) yang berjumlah 13.552 orang, seluruhnya telah tiba di Tanah Air. Pemulangannya dilakukan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK).
Pada musim haji tahun depan, waktu keberadaan jamaah haji Indonesia di Arab Saudi akan dipersingkat. “Kami akan coba mempersingkatnya menjadi 30-35 hari.
Dengan pesawat berkapasitas besar, jamaah yang mestinya menggunakan dua penerbangan menjadi satu penerbangan. Ini akan menghemat waktu jamaah selama di Arab Saudi sekitar lima hingga sepuluh hari,” kata Suryadharma.
Salah satu cara mempersingkat keberadaan jamaah haji di Tanah Suci adalah dengan memulangkan mereka lebih cepat. Selain itu, dengan menggunakan pesawat berkapasitas besar, seperti Airbus A380 yang memiliki 800 tempat duduk.
Saat ini, rata-rata waktu tinggal jamaah haji reguler di Tanah Suci selama 41 hari. Menurut Suryadharma, waktu tinggal ini tergolong lama sehingga berdampak psikologis pada jamaah yang telah selesai menunaikan prosesi haji.
Jika kelamaan di Tanah Suci, kerap kali jamaah mengalami kejenuhan menunggu pulang. “Karena saya monitor, begitu selesai melaksanakan haji, ada yang bosan, rindu keluarga, rindu anak, dan seterusnya. Apalagi, kalau duitnya sudah habis,” ujarnya.
Namun, penggunaan pesawat berkapasitas besar itu kini bergantung pada dua pihak, yakni maskapai dan pengelola bandara, apakah siap dilandasi pesawat berbadan lebar tersebut.
Kemenag rencananya akan menggunakan bandara-bandara di daerah yang siap dan mempunyai jamaah yang banyak, seperti di Jawa dan Sulawesi Selatan. Menurutnya, Menteri Perhubungan telah menyetujui rencana ini.