REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ratusan mahasiswa Iran berkumpul di lokasi bawah tanah pengayaan uranium Fordow, Selasa (19/11), dan membentuk pagar betis. Upaya itu guna mendukung gerakan 'lingkaran penuh produksi bahan bakar nuklir', kata media setempat.
Mahasiswa tersebut mengumandangkan dukungan mereka untuk tim perunding nuklir Iran dalam pembicaraannya dengan negara besar di dunia dan meminta perunding Iran melawan "tuntutan berlebihan" yang diajukan oleh sebagian negara, kata stasiun TV milik negara, IRIB.
Ali-Akbar Salehi, pemimpin Badan Tenaga Atom Iran, menurut laporan Xinhua yang dikutip Rabu (20/11), bergabung dengan mahasiswa tersebut dan memberitahu wartawan rakyat Iran, "Takkan pernah menghentikan lingkaran penuh produksi bahan bakar nuklir mereka."
Pada Senin, Presiden Iran Hassan Rohani mengatakan "tuntutan yang berlebihan" terhadap Iran akan merugikan perundingan itu. Presiden Iran tersebut tidak menyebutkan secara khusus apa tuntutan itu, namun pada Senin Presiden Prancis Francois Hollande mengumumkan beberapa tuntutan paling keras sehubungan dengan ambisi nuklir Iran dibandingkan dengan terhadap negara lain.
Pengumumannya disampaikan sebelum pembicaraan nuklir antara Iran dan kelompok P5+1, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China dan Rusia ditambah Jerman, yang dijadwalkan dimulai pada Rabu.
Sewaktu berada di Israel, Hollande menjabarkan keempat tuntutan yang perlu dipenuhi Iran sebelum kesepakatan dapat ditandatangani dan sanksi dicabut. Tuntutan itu ialah menyerahkan instalasi nuklir Iran ke dalam pengawasan internasional, menghentikan pengayaan uranium sampai 20 persen, mengurangi simpanan uranium yang diperkaya dan dimiliki Iran serta menghentikan sepenuhnya pembangunan reaktor air berat di Arak.