CANBERRA -- Perdana Menteri Australia, Tony Abbott menyampaikan rasa sesal yang mendalam dan tulus atas rasa malu yang diderita Presiden Yudhoyono karena isu penyadapan dan berjanji akan merespon sesegera mungkin surat dari Presiden SBY.
Tidak berselang lama pasca Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pernyataannya terkait isu penyadapan yang dilakukan Australia di Jakarta, Perdana Menteri Australia, Tony Abbott menggunakan waktunya di Parlemen Australia untuk menyampaikan rasa sesal yang mendalam dan tulus atas rasa malu yang dialami Presiden Yudhoyono atas isu penyadapan ini.
Abbott juga menyatakan dirinya akan segara membalas surat yang akan dikirimkan Presiden SBY yang menuntut penjelasan resmi dari pemerintah Australia mengenai isu penyadapan terhadap SBY dan sejumlah petinggi pemerintah Indonesia.
Respon segera ini menurut Abbott diperlukan karena isu ini telah memicu kebingungan yang mendalam terhadap kepentingan kedua negara.
"Presiden Yudhoyono mengindikasikan dalam waktu dekat akan menyurati saya, " katanya.
"Saya hendak menekankan kepada Parlemen kalau saya akan merespon surat Presiden Yudhoyono itu secepat mungkin, sepenuh hati dan dengan sangat sopan.”
"Seperti yang selalu saya tekankan, saya sangat berkomitmen membangun sedekat mungkin hubungan dengan Indonesia karena kondisi ini membingungkan bagi kepentingan kedua Negara.”
Pemimpin oposisi, Bill Shorten mengatakan dia mendukung sikap Abbott dengan mengatakan "Ini merupakan momentum yang harus disikapi bersama sebagai sebuah Tim Australia,”
Dalam pernyataan persnya di Jakarta Rabu (20/22/2013), Presiden Yudhoyono dengan nada marah mengatakan Indonesia menunda segala bentuk kerjasama dalam hal penanganan pencari suaka termasuk kerjasama patroli laut.
Yudhoyono mengatakan dirinya akan mengirim surat kepada Tony Abbott dan meminta penjelasan resmi mengapa intelejen Australia memonitor telepon dirinya dan sejumlah anggota kabinetnya, termasuk isterinya, Ani Yudhoyono.