Rabu 20 Nov 2013 22:23 WIB

Khamenei: Jangan Menyerah untuk Dapatkan Hak Iran

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Citra Listya Rini
Ayatollah Seyyed Ali Khamenei
Foto: AP
Ayatollah Seyyed Ali Khamenei

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Spiritual Tertinggi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei menyatakan Iran tak boleh mundur menyuarakan haknya. Termasuk, hak untuk menjalankan program nuklir.

Ia menyuarakan perintah langsung kepada Pemerintah Iran menjelang negosiasi nuklir Iran dan enam negara kuat dunia. ''Saya bersikeras tidak (boleh) mundur satu langkah (pun) dari hak-hak bangsa Iran,'' kata Khamenei seperti dilansir dari Ahramonline, Rabu (20/11).

Khamenei juga menyatakan tekanan ekonomi juga takkan membuat Iran menyetujui setiap permintaan Barat. Apalagi oleh Amerika Serikat (AS) yang menyiapkan opsi serangan militer. Hanya saja, menurut dia, Iran sama sekali tak ada niat bermusuhan dengan rakyat AS.

Menjelang perundingan, dikutip dari BBC, Presiden AS Barack Obama mendesak senator AS untuk menunda sanksi baru bagi Iran. Obama menemui para senator di Gedung Putih, Selasa (19/11) bersama Menteri Luar Negeri John Kerry dan Penasihat Keamanan Nasional, Susan Rice.

Usai pertemuan, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan, kalau saat ini adalah kesempatan tepat untuk menghentikan kemajuan program nuklir Iran. Selain itu, membangun hubungan saling menghormati sambil menguji apakah resolusi bisa tercapai.

Menurut analis nuklir, jika kesepakatan awal tak tercapai, Iran akan terus memperkaya stok uranium mereka. Meningkatkan program baru alat sentrifugal dan mengembangkan reaktor plutonium di kota Arak.

Jubir Pers Gedung Putih, Jay Carney menyatakan Obama meminta senator untuk menerapkan sanksi baru jika Iran menolak menerima kesepakatan. Atau, menyetujui kesepakatan awal namun kemudian gagal mematuhi aturan dalam perjanjian. Obama, menurut dia, juga menolak sebuah laporan yang menyebut Iran akan menerima dana sebesar 40 miliar.

Jikalau Iran menyetujui perjanjian tersebut. Sejak tahun 2006, Dewan Keamanan PBB telah memberlakukan sanksi terhadap badan dan orang yang terlibat dalam program nuklir Iran. Sanksi AS dan Uni Eropa menargetkan sektor energi dan perbankan Iran. Hal inilah yang melumpuhkan ekonomi negara yang berbasis minyak itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement