REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pelaku penyekapan 41 wanita calon korban perdagangan manusia di Tebet, Jakarta Selatan (Jaksel) AH (40 tahun) mengaku hanya orang suruhan. AH mengaku mendapatkan kiriman uang dari Abu Dhabi sebesar Rp 50 juta per bulan untuk mengurus para wanita itu itu sejak dua bulan lalu.
Dari kiriman uang itu, ia kemudian mengalokasikannya untuk beberapa kebutuhan selama menyekap para wanita tersebut. Seperti menyediakan makanan bagi wanita-wanita yang ia janjikan akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di Abu Dhabi, Oman, dan Qatar.
“Sebagian uangnya saya bayarkan untuk sewa rumah ini yang dipakai untuk menampung mereka,” ujar AH semalam saat diciduk di lokasi penyekapan Jl. Asemb Baris, Tebet Jaksel.
AH yang diamankan bersama enam karyawannya oleh BNP2TKI itu mengaku terpaksa melakukan pekerjaan itu sejak dua bulan lalu karena tergiur dengan untung dari penjualan wanita-wanita ini. Ia sendiri menolak menyebutkan berapa uang sebenarnya yang masuk ke saku dia sejak melakukan pekerjaan ini.
Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat mengatakan, AH diduga terlibat dalam jaringan sindikat yang profesional. Pasalnya, AH yang mengaku memiliki agensi atas nama PT BM diduga tidak memalsukan identitas para calon TKW ini.
Paspor yang digunakan oleh ke-41 wanita yang rencananya akan diberangkatkan dalam waktu dekat pun asli. Surat kerja yang dilayangkan oleh ketiga Negara tujuan juga disanyalir sama. “Untuk itulah penangkapan ini dikembangkan, polisi akan turun tangan menanganinya,” ujar dia semalam.
Jumhur berujar, dia cukup kaget dengan kenekatan AH yang menyekap seluruh wanita ini tak jauh dari kantor BNP2TKI. Kantor yang dipimpinnya ini berlokasi di Jl. MT Haryono Tebet, tak kurang 3 Kilo meter dari tempat penyekapan.
Berkaca pada penangkapan ini ia akan memerintahkan pegawainya untuk menemani polisi menyisir wilayah Jakarta mendeteksi indikasi adanya lokasi penyekapan serupa. “Sindikat perdagangan manusia memang sangat mengakar, faktor wilayah Negara kita yang luas menjadi pemicunya,” ujar Jumhur.
Lebih dalam, Jumhur mengatakan wilayah paling banyak terdeteksi adanya indikasi tempat penyekapan ialah di Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Di sana, BNP2TKI tengah mendalami merebaknya lokasi penampungan calon TKW illegal yang akan dikirim ke sejumlah Negara.
Namun dia mengatakan, BNP2TKI terkadang kerap kesulitan meringkus tempat-tempat yang diduga menjadi lokasi penyekapan wanita-wanita calon korban perdagangan manusia. Menurutnya, terkadang kebocoran informasi akan adanya razia selalu terjadi. Di sinilah ia mencurigai adanya jaringan rapi yang dimiliki oleh sindikat perdagangan manusia di Indonesia. “Bahkan patut dicurigai ada oknum dari pihak-pihak tertentu yang ikut bermain,” ujar dia.
Meski demikian, Jumhur enggan berpikir negatif dan melayangkan tuduhan pada satu pihak manapun,. Menurutnya, dengan sindikat yang semakin professional, ia dan jajaran BNP2TKI akan lebih jeli dalam melakukan pengawasan. Dibantu oleh kepolisian, ia optimistis tempat-tempat penyekapan penampngan seperti ini dapat dibabat.
“Sosialisasi juga kami lekatkan pada masyarakat. Penting sekali untuk memberi pendidikan kepada masyarakat bahwa agensi palsu ini amat marak. Bila salah memilih, bukannya menajdi TKW, mereka malah akan menjadi korban kejahatan di negeri orang,” ujar dia.
Sebelumnya, Rabu malam tim BNP2TKI menggerebak rumah penyekapan 41 wanita dari beragam daerah yang diduga akan dijual ke luar negeri. Para wanita berusia 30 tahunan ke atas ini dijanjikan akan bekerja sebagai PRT dengan penghasilan puluhan juta per bulannya.
Mereka disekap di sana selama dua bulan lamanya tanpa pelatihan ataupun kegiatan resmi lain laiknya persiapan sebelum berangkat menjadi TKW. Anehnya, ketua RT setempat tak mengetahui di lingkungannya ada penyekapan tersebut. Padahal warga sekitar sudah cuirga dengan keberadaan puluhan wanita itu yang setiap malamnya selalu mendengungkan kegaduhan.