Kamis 21 Nov 2013 16:54 WIB

Warga KRB III Merapi Diminta Siaga 24 Jam

Rep: Nur Aini/ Red: Dewi Mardiani
Gunung Merapi
Foto: Antara
Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten Sleman meminta warga yang masih bertahan di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tiga untuk bersiaga 24 jam meskipun status Gunung Merapi masih normal aktif. Hal ini setelah erupsi Merapi pada 18 November lalu menyebabkan sumbat lava retak sepanjang 230 meter.

"Di masyarakat KRB Tiga kami sampaikan ke mereka pada posisi siaga Merapi, artinya kehati-hatian harus betul-betul diperkuat," ujar Bupati Sleman, Sri Purnomo ditemui di Sleman, Kamis (21/11).

Wilayah Sleman yang masuk KRB Tiga seluas 4.672 hektare, meliputi Kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan, dan Ngemplak. Pada letusan Merapi 18 November lalu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengatakan ada retakan di bagian tengah kubah atau sumbatan lava. Lebar retakan bervariasi dan yang paling lebar sekitar 50 meter.

Retakan tersebut dinilai akan lebih memudahkan masuknya air ketika hujan turun. Jika air bertemu dengan magma panas, maka kemungkinan terjadi kembali letusan freatik seperti pada 18 November lalu.

Bupati mengakui ada retakan di kubah Gunung Merapi. "Kami lihat sendiri waktu kami di Desa Kalitengah Lor, yang sudah dekat dengan puncak," ujarnya. Dengan adanya retakan tersebut, dia mengatakan masyarakat tidak boleh lengah dan terus memonitor Gunung Merapi.

Dia meminta masyarakat meningkatkan level kewaspadaan pada posisi siaga. "Masyarakat perlu menganggap kalau situasinya seperti menghadapi Siaga Merapi. Artinya, mereka siaga 24 jam," ujarnya.

Terkait warga yang masih enggan turun, Bupati mengaku tidak akan memaksa. "Kami tidak bosan meminta mereka supaya mempertimbangkan ubah pikiran agar segera turun ke bawah. Sekarang tidak ada unsur paksaan," ujarnya. Saat ini masih ada 607 kepala keluarga yang masuk wilayah KRB enggan berpindah ke hunian tetap (huntap) yang dibuatkan pemerintah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement