Kamis 21 Nov 2013 17:01 WIB

Indonesia Tak Berikan Tenggat untuk Jawaban Resmi Australia

Rep: Esthi Maharani/ Red: Mansyur Faqih
PM Australia yang baru saja dilantik, Tony Abbott dan istrinya Margaret Aitken di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/9).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
PM Australia yang baru saja dilantik, Tony Abbott dan istrinya Margaret Aitken di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap Indonesia terkait penyadapan yang dilakukan Australia tetap sama. Meski pun PM Australia, Tony Abbot telah menyatakan penyesalannya tak lama setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan pernyataan resmi. Pemerintah Indonesia tetap menunggu pernyataan resmi, bukan pernyataan di depan parlemen Australia.

"Kami memang mendapatkan informasi bahwa di parlemen Australia, PM Tony Abbot menyampaikan secara tulus rasa penyesalan yang mendalam. Namun, yang ditunggu dan yang kita butuhkan adalah penjelasan resmi dari pemerintah Australia. Maka kita akan menunggu bagaimana respon dari pemerintah Australia terhadap surat Presiden SBY," kata juru bicara presiden, Julian Aldrin Pasha, Kamis (21/11).

Ia mengatakan, pemerintah Indonesia tidak memberikan tenggat waktu untuk pernyataan resmi dari Australia. Namun, tetap mengharapkan ada jawaban dari surat yang dikirimkan SBY kepada PM Abbot. Surat resmi tersebut merupakan salah satu bentuk komunikasi politik yang lazim. 

"Kami, sementara dalam posisi menunggu respon karena bagaimana pun dalam pandangan kami, surat resmi merupakan salah satu bentuk komunikasi politik yang lazim," katanya. 

Sambil menunggu jawaban dari PM Abbot, ujarnya, Indonesia tetap konsisten dengan penghentian sementara beberapa kerja sama. Indonesia pun berpikir untuk meninjau kembali kebijakan di masa depan sesuai perkembangan situasi kedua negara. Karena itu, diharapkan ada perkembangan positif dari kisruh dua negara tentang penyadapan. 

"Jadi mudah-mudahan ada perkembangan yang positif mengenai hal ini. Kami percaya bahwa pemerintah Australia memiliki itikad baik untuk menyelamatkan hubungan kedua negara yang telah terjalin sekian lama selama ini," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement