REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Menutup aurat merupakan kewajiban bagi semua muslimah, tanpa terkecuali, termasuk polisi wanita (polwan). Dengan menutup aurat, maka kehormatan seorang muslimah akan selalu terjaga.
Kesadaran itu pula yang dirasakan oleh Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Indramayu, Ajun Inspektur Satu Hj S Dwi Hartati. Karena itulah, pada 2011 lalu, dia mantap mengenakan jilbab dalam kesehariannya, termasuk saat bertugas di Polres Indramayu.
''Sebagai seorang muslimah, apalagi mualaf, saya harus banyak belajar tentang hidup yang benar sesuai agama Islam yang saya peluk,'' tegas Dwi, Kamis (21/11). Dwi mengatakan, saat memutuskan untuk mengenakan jilbab, dia meminta izin terlebih dulu kepada pimpinannya. Ketika itu, Wakapolres Indramayu, Kompol Andre Gamma, mendukungnya untuk terus mengenakan jilbab.
Dwi mengaku, mengenakan jilbab memberikan dampak yang sangat baik dalam aktivitasnya sebagai anggota polisi. Menurutnya, dengan jilbab yang dikenakannya, masyarakat menjadi lebih dekat dengannya dibandingkan ketika dia belum mengenakan jilbab.
Namun, Dwi mengaku sedikit merasa aneh ketika memasuki tempat hiburan dan warung remang-remang untuk melakukan razia. Dengan jilbab yang dikenakannya, dia disangka anggota sebuah ormas yang akan merazia.
Sementara itu, ketika ditanyakan mengenai tidak adanya anggaran untuk seragam berjilbab, Dwi mengaku tidak mempermaslahkannya. Baginya, dia bisa tetap diizinkan untuk mengenakan jilbab. ''Yang penting diizinkan (berjilbab), sudah bahagia banget,'' tandas satu-satunya polwan berjilbab di lingkungan Polres Indramayu itu.