Sabtu 23 Nov 2013 06:32 WIB

Gillard: Abbott Perlu Berjanji tak Lagi Sadap Presiden Indonesia

Red:
abc news
abc news

CANBERRA -- Mantan Perdana Menteri Julia Gillard mengatakan PM Tony Abbott sebaiknya berjanji tidak lagi menyadap telepon Presiden Indonesia. Ia mendukung langkah penyelesaian serupa yang dilakukan Presiden Obama dalam meredam kemarahan Kanselir Jerman Angela Merkel yang teleponnya disadap AS.

Dalam wawancara dengan CNN, Gillard mengatakan tidak akan mengomentari pertanyaan terkait masalah intelijen. Seperti diketahui, pemerintah Australia memiliki tradisi untuk tidak mengomentari pertanyaan detail tentang intelijen.

Penyadapan telepon Presiden SBY, dan monitoring telepon isterinya serta pejabat Indonesia lainnya, terjadi tahun 2009, sebelum Gillard terpilih menggantikan Kevin Rudd sebagai perdana menteri.

"JIka Obama tahu, dia tidak akan memberi otorisasi penyadapan. Dia jelas bisa mengatakan, tidak akan terjadi lagi di masa depan," katanya. "Saya kira ini tanggapan yang pantas disampaikan Australia kepada Indonesia di saat yang sulit sekarang".

Ia menyarankan pemerintah Australia mengevaluasi upaya untuk memastikan operasi mata-mata Australia benar-benar patut dilakukan.

Gillard mengatakan, pemerintah perlu mengumpulkan informasi intelijen untuk mencegah serangan teroris, dan memutuskan sampai dimana batasnya, namun keputusan itu tidak selalu tepat.

"Terungkapnya masalah tentang Presiden Yudhoyono, tentu saja anda perlu melihat lagi, memastikan sistem pengecekan kepatutan operasi intelijen benar-benar berjalan," kata perdana menteri perempuan pertama di Australia ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement