Jumat 22 Nov 2013 13:24 WIB

Jembatan Timbang Dinilai Rugikan Ratusan Miliar

Jembatan timbang terindikasi menjadi tempat paling rawan suap, pemerasan dan pungutan liar.
Foto: Antara
Jembatan timbang terindikasi menjadi tempat paling rawan suap, pemerasan dan pungutan liar.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Anggota Komisi C DPRD Riau dari Fraksi Demokrat, Noviwaldy Jusman, mengatakan praktik penyelewengan di jembatan timbang merugikan Riau ratusan miliar rupiah setiap tahunnya.

"Penyelewengan di jembatan timbang merugikan Riau ratusan miliar setiap tahunnya secara kumulatif, seperti biaya pembangunan dan perbaikan jalan yang rusak karena permainan di jembatan timbang," kata Noviwaldy Jusman di Pekanbaru, Jumat (22/11).

Oleh sebab itu menurutnya Peraturan Daerah yang telah selesai dikerjakan akan merealisasikan sistim komputerisasi pada jembatan timbang. Saat ini menurut Noviwaldy sekarang ini sedang dalam tahap pembuatan.

Sistem yang dibuat adalah dengan mekanisme tidak ada tatap muka antara petugas jembatan timbang dengan sopir. Hal ini untuk mencegah adanya transaksi kotor antara keduanya. Ia memaparkan nantinya tidak akan ada denda untuk angkutan yang melebihi muatan. Tapi kelebihan muatan akan masuk pada pintu pembuangan.

Jadi pada jembatan timbang akan ada dua pintu. Pertama pintu ke jalan raya dan kedua pintu pembuangan kelebihan muatan. Biaya untuk pembuatan alat ini menurut Noviwaldy mencapai puluhan Miliar. Alat ini menurutnya dilengkapi oleh RFID (Radio Frequency Identification) sehingga apapun barang yang lewat akan terbaca langsung.

Menurutnya dengan alat ini kebohongan-kebohongan akan terungkap seperti sumbu yang ditambah beberapa meter dari sebelumnya akan tercatat dan termonitor. Saat ini, menurutnya, banyak terlihat angkutan yang masuk kota dan juga yang melewati jembatan timbang melebihi muatan. Selain itu, kondisi jalan juga telah hancur, karena banyaknya angkutan yang melebihi muatan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement