Jumat 22 Nov 2013 13:48 WIB

Empat Kriteria Pemimpin di Mata Amien Rais

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dewi Mardiani
Amien Rais
Foto: Antara/Syaiful Arif
Amien Rais

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Melalui beberapa periode kepimpinan bangsa membuat tokoh reformasi, Amien Rais, merasakan cerita perjalanan bangsa ini. Mantan Ketua MPR periode 1999-2004 itu juga sempat menjadi tokoh penting di permulaan era reformasi 1998.

Dalam Sarasehan Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN) bertema 'Finding the Next Leader' di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, Jumat (22/11), Amien Rais menjabarkan kriteria pemimpin yang sesungguhnya.

Amien menekankan pemimpin sejati adalah Rasulullah Saw, bukan Carl Marx atau yang lain. Sudah seharusnya ummat Islam mencontoh para pengikut Alquran. Dalam Alquran, ada nabi-nabi yang punya pejuang yang disebut ulul azmi. Jika mengikuti manusia, katanya, maka sesungguhnya manusia biasa punya kekurangan dan sisi gelap.

Dalam perjuangan ada poin tanpa kompromi, yakni tauhid. Para nabi berjuang melawan kemusyrikan dalam segala bentuk dan obatnya adalah tauhid. Dalam Alquran disebutkan thaghut yang bentuknya bisa benda, bisa juga manusia. ''Pemimpin yang hebat adalah yang beriman dan tahan terhadap godaan ini,'' ungkap Amien.

Kedua, lanjutnya, pemimpin sejati selalu berpihak pada kaum dhuafa. ''Tapi tentu, tidak boleh pura-pura memihak kaum lemah,'' kata Amien.

''Jadi pemimpin selain bertauhid, memihak dhuafa, sanggup berkorban, pemimpin juga harus tahu kebutuhan rakyatnya. Jadi kalau mencari pemimpin, carilah yang seperti itu atau setidaknga yang mirip,'' jelas mantan Pengurus Pusat Muhammadiyah ke 12 pada 1995-2000 itu.

Di Indonesia, bahkan di dunia, mencari pemimpin sungguhan itu tidak mudah. Bangsa ini menghadapi dua masalah, yaitu cinta kepemimpinan dan cinta kemegahan. ''Untuk membangun kepemimpinan islam, dua penyakit ini harus kita kikis pelan-pelan agar kita bisa lebih membumi,'' tegasnya.

Di samping itu, lanjuatnya, penyakit meremehkan, berprasangka, mencari-cari kesalahan, dan menggunjingkan orang lain juga menjadi masalah yang sering dilakukan, namun tidak disadari. ''Saya melihat potensi kita besar. Ada yang mau meneladani pemimpin-pemimpin besar atau juga yang menyimpang di pertengahan jalan,'' ujar pria kelahiran Sola 69 tahun lalu itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement