REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Satu kelompok yang berafiliasi dengan Alqaidah merebut satu kota Suriah selatan di perbatasan dengan Turki setelah menggulingkan satu kelompok petempur Islam moderat.
Kejatuhan kota Atma, satu tempat pelintasan bagi senjata-senjata dan para petempur Suriah, menandakan terjadinya kekacauan di antara beberapa kelompok pemberontak.
Beberapa kelompok ini kini memainkan peran lebih kecil di medan tempur menghadapi pasukan Presiden Bashar al-Assad, kata sumber-sumber oposisi.
Kebangkitan Alqaidah di Suriah membantu perubahan dalam kalangan diplomatik internasional dan meredakan imbauan Barat bagi penyingkiran Presiden Bashar al-Assad.
Eropa dan Amerika Serikat (AS) menolak keras intervensi militer dalam konflik itu dan berunding dengan Rusia, pendukung internasional utama Bashar, untuk menyelenggarakan perundingan perdamaian.
Para aktivis mengatakan para petempur kelompok pro-Alqaidah Negara Islam di Irak dan Levant atau ISIL - menyerang markas besar Suqur al-Islam , satu kelompok Islam moderat yang menguasai Atma, dan memasang penghadang jalan dalam 48 jam.
Mereka menahan Mustafa Waddah,kepala Suqur al-Islam, bersama dengan 24 pendukungnya. Baku tebak meletus sebentar di markas besar itu dan juga dekat satu pos keamanan Turki di kota Bukulmez, yang letaknya tidak jauh adri Atma.
Atma jarang ditembaki dan serangan udara pasukan Bashar. Tapi, ribuan orang yang melarikan diri dari serangan-serangan bom di beberapa daerah ke kota itu dan daerah sekitarnya.
"ISIL mengerahkan meriam-meriam anti-pesawat di persimpangan jalan dan Atma tetap tenang," kata seorang aktivis yang tidak bersedia namanya disebutkan. "Turki tidak melarang pasokan memasuki kota itu dan lalu lintas di perbatasan itu normal."