REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Partai Golkar disarankan bersikap realistis dalam persiapan menghadapi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014.
"Golkar harus realistis berkaitan dengan calon presiden yang diusung pada Pilpres 2014," katanya pengamat politik dari Universitas Diponegoro, Teguh Yuwono di Semarang, Jumat (22/11), menanggapi Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Golkar yang berlangsung di Jakarta, 22-23 November 2013.
Menurut dia, Aburizal Bakrie (Ical) sebagai capres yang diusung Golkar tidak memiliki basis massa yang kuat, termasuk di organisasi sayapnya, seperti Kosgoro dan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR).
Ia menjelaskan bahwa kekuatan Ical di Golkar selama ini lebih terepresentasikan dari basis ekonomi dengan latar belakangnya sebagai pengusaha, bukan terepresentasi dari basis dukungan massa yang besar.
Oleh karena itu, pengajar FISIP Undip itu menilai sangat berat jika Golkar berkeras mengusung Ical atau ARB sebagai capres pada Pemilu 2014. Apalagi imbuhnya hingga kini elektabilitasnya tidak kunjung meningkat.
Teguh mengakui momentum rapimnas memang tidak akan mampu merevisi capres yang sudah diusung Golkar. Terlebih Ical menjabat sebagai ketua umum sehingga menutup peluang calon lain untuk maju.
"Yang memiliki hak suara dalam Rapimnas Golkar itu kan hanya kalangan pusat dan DPD I. Tentunya, mereka masih berada di bawah pengaruh Ical sehingga susah untuk mengevaluasi soal pencapresan," katanya.
Rapimnas, kata dia, hanya efektif untuk mengonsolidasikan kekuatan guna memenangi pemilu legislatif, tetapi tidak akan efektif untuk mengonsolidasikan kekuatan memenangkan Ical dalam Pilpres 2014.
"Boleh jadi, Golkar akan memenangi pemilu legislatif. Tetapi, belum tentu menang pilpres, jika tetap Ical yang masih diusung dalam Pilpres 2014," ujarnya. "Seharusnya Golkar bersikap realistis," kata Teguh.