REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Ikhwanul Muslimin Mesir, kemarin, membantah tanggapan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry, yang menuduh mereka melakukan revolusi. Karena itu, Washington mendukung penggulingan Presiden Muhammad Mursi.
Kerusuhan meningkat di Mesir sejak Militer Mesir menggulingkan Mursi pada Juli. Unjuk rasa dilakukan terhadap penguasa. Kerry membela Militer Mesir dan Washington menyatakan Mursi gagal mengikuti seruan untuk menggalang upaya Mesir ke arah demokrasi.
Mursi adalah presiden pertama Mesir yang dipilih secara bebas sesudah kekuasaan militer. Saat itu, militer dipimpin oleh Husni Mubarak yang kemudian digulingkan oleh unjuk rasa besar-besaran pada 2011.
Namun, pada Rabu (20/11), Kerry menyampaikan penilaian keras untuk Mursi dan para pendukungnya. Dia menyatakan bahwa pemberontakan itu dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin.
Sekretaris Jenderal Ikhwanul Muslimin, Mahmoud Hussein, seperti dilaporkan AFP, menegaskan bahwa Ikhwanul Muslimin mendukung Presiden Mursi karena pemilihannya saat itu sudah melalui pemilihan umum terbuka. Penyelenggaranya justru militer yang menguasai negara tersebut sebelumnya. Bahkan, pemilu itu diamati mantan presiden AS, Jimmy Carter.
Hussein menuduh pemerintah AS mendukung dan ikut dalam kudeta menggulingkan Mursi tersebut. AS yang katanya memperjuangkan demokrasi dan kebebasan di Mesir, justru pendukung terbesar kediktatoran dan penindasan.
Sejak penggulingan Mursi, pemerintah sementara dari Militer kini memenjarakan ratusan orang dan pemimpin dari Ikhwanul Muslimin, termasuk Mursi. Mereka semua diadili atas tuduhan menghasut kekerasan yang berujung pada maut.