Sabtu 23 Nov 2013 21:57 WIB

Ibarat Rumah, PDIP Persilakan Nasdem Masuk Halaman

Rep: Indah Wulandari/ Red: A.Syalaby Ichsan
Inisiator Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh menyampaikan orasi saat pembukaan Kongres Nasional Partai Nasdem, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (25/1).
Foto: FOTO ANTARA/Wahyu Putro A/pd/13
Inisiator Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh menyampaikan orasi saat pembukaan Kongres Nasional Partai Nasdem, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan kedua orang nomor satu dari dua partai ternama dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Nasional Demokrat (Nasdem) yang berlangsung secara tertutup pada Kamis (21/11) telah memunculkan beberapa sinyalemen.

pengamat politik  dan peneliti senior The Indonesian Institute, Hanta Yuda mengomentari bahwa pertemuan Lenteng Agung menunjukkan kemungkinan koalisi cukup besar karena ada tiga syarat koalisi yang bisa dipenuhi oleh kedua partai tersebut.

 Tiga syarat itu adalah kedekatan ideologi partai, kedekatan tokoh dan elit partai, dan adanya figur dengan magnet elektoral yang kuat. Di level kedekatan ideologi, NasDem dan PDIP sama-sama merupakan partai nasionalis. Sementara itu, tokoh dan elit kedua partai memang terkenal sudah dekat sejak dulu.

Menurutnya, Surya Paloh adalah sahabat almarhum Taufik Kiemas, suami Megawati. Menyoal figur dengan magnet elektoral yang kuat, Hanta menyatakan jika PDIP mengusung Jokowi sebagai Capres akan membuka peluang lebih besar bagi NasDem memberikan dukungan.

 Lain lagi pendapat pengamat psikologi politik Prof. Hamdi Muluk yang mengatakan bahwa terdapat agenda yang cukup serius yang disiapkan oleh kedua partai tersebut karena pertemuan Lenteng Agung melibatkan elit tertinggi kedua partai dan berlangsung tertutup.

“Dalam etika politik, jika seseorang telah dipersilahkan datang di situ ada makna yang cukup besar. Ibarat sebuah rumah, PDIP telah mempersilakan NasDem masuk ke halamannya,” ujar Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia ini bermetafora.

Ketika ditanya soal peluang koalisi, Hamdi menyatakan bahwa memang koalisi antara kedua partai masih jauh tetapi yang tersirat dari pertemuan kemarin adalah kedua partai memiliki ambisi yang sama untuk pemilihan presiden.

Koalisi hanya akan terjadi di pemilihan presiden, saat pemilihan legislatif semua partai politik berjuang sendiri-sendiri. “Politik itu cair, semua kemungkinan selalu terbuka hingga muncul hasil yang konkrit yaitu hasil pileg,” terang laki-laki yang juga ahli soal gestur politik ini.

sumber : rilis
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement