REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri menengah kecil di DKI Jakarta sangat berpotensi untuk terus dikembangkan. Calon anggota DPD daerah pemilihan DKI Jakarta, Rommy menegaskan, industri menengah kecil terbukti tahan terhadap terpaan krisis keuangan global.
''Jika melihat Cina belakangan ini, industri rumah tangganya sangat pesat. Sehingga, bisa memenuhi konsumsi domestik sekaligus menstimulasi pertumbuhan ekonomi karena tingginya konsumsi domestik dari produk industri rumah tangga,'' ujar Rommy, Ahad (24/11).
Selain sektor industri besar yang menjadi penopang ekonomi di DKI Jakarta, kata Rommy, sektor usaha menengah dan kecil juga menjadi potensi yang tak kalah besar jika dikelola oleh masyarakat dan didukung pemerintah.
''Tentunya sektor berbasis households/rumah tangga ini bisa memberdayakan ibu rumah tangga, dan sekaligus membuka lapangan pekerjaan, dan menaikkan pendapatan keluarga,'' tutur pria yang memiliki julukan 'Anak Kampung Jakarta' itu.
Berdasarkan data BPS, papar dia, industri besar sedang, seperti industri manufaktur mengalami pertumbuhan dari 3,0 persen menjadi 5,27 persen. Selain itu, industri menengah kecil yang mengalami kenaikan adalah dari bahan plastik dan karet yang tumbuh sekitar 4,52 persen.
''Bila kita mendengar kata plastik, saya jadi teringat sampah di Jakarta. Nah, jika ada teknologi pemisahan jenis sampah, kan ini bisa dikelola sebagai industri baru,'' ungkapnya.
Menurut Rommy, pembuatan produk dari hasil daur ulang sampah plastik atau pembuatan pupuk dari jenis sampah organik bisa dikembangkan secara serius. Diakuinya, hal itu membutuhkan investasi untuk penelitian serta membuat pasar bagi produk-produk daur ulang.
Ia menegaskan, pertumbuhan suatu negara bisa bersaing dengan negara lain jika ada investasi yang besar untuk penelitian agar produk barang bisa lebih inovatif dan berkualitas. "Persoalannya apakah kalangan bisnis dan pemerintah mau mendukung sektor menengah kecil ini?"
Jika dibandingkan tahun 2012, kata dia, pertumbuhan produksi industri menengah kecil mengalami kenaikan sebesar 11,3 persen. Namun, kata dia, industri tempe tahu justru mengalami penurunan di triwulan 2 dan 3 tahun 2013 karena harga kedelai yang tinggi.
''Padahal industri sektor makanan berpeluang sangat tinggi, terbukti mengalami pertumbuhan paling tinggi untuk sektor industri menengah kecil di DKI,'' cetusnya.