REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Teguh Firmansya
Gerry, seorang sopir taksi di Pensacola, Florida, Amerika Serikat (AS), bertanya dengan rasa penasaran, “Apakah ini sebuah perpustakaan?” Pertanyaannya itu merujuk ke sebuah bangunan yang tak lain merupakan masjid di Islamic Center, Pensacola.
Pensacola terletak di paling barat Florida. Wilayah ini dekat dengan Teluk Meksiko. Pensacola merupakan salah satu tempat pangkalan militer AS terbesar. Ketika itu, Gerry kebetulan mengantarkan saya bersama teman ke masjid di kota pesisir pantai tersebut.
Saat kami berkunjung ke sana pada 9 November 2013, kebetulan tidak ada aktivitas berarti di dalam masjid. Meskipun, sudah memasuki waktu Zuhur. Di salah satu ruangan terlihat karpet sajadah hijau terbentang. Saat kami mencoba masuk, pintu terkunci.
Masjid itu terletak agak jauh dari pusat kota, yakni di East Johnson Avenue, timur laut Pensacola, atau sekitar 30 menit dari tempat kami menginap di pesisir pantai. Bentuknya tak jauh beda dengan bangunan di Pensacola pada umumnya.
Hal yang membedakan dengan bangunan lain hanya sebuah menara. Terdapat area lapang cukup luas yang mengelilingi masjid. Gerry yang kebetulan non-Muslim hanya terheran. Apalagi, ini merupakan pertama kalinya ia mengetahui di Pensacola terdapat masjid.
Ketidaktahuan Gerry menunjukkan masih banyaknya warga AS yang belum begitu paham terhadap Islam. Keesokannya pada pertemuan jurnalis yang tergabung dalam program Edward Murrow bersama komunitas di Pensacola, kebetulan saya bertemu Muslim setempat.
Namanya adalah Jamal, warga Maroko yang kini menetap di sana. Jamal yang sekarang bekerja sambil melanjutkan kuliahnya mengatakan, aktivis di Islamic Center memang ramai kalau ada momen-momen tertentu, khususnya waktu Idul Fitri.
Di sana akan ada acara makan bersama dengan Muslim setempat. Kebetulani di masjid Pensacola, katanya, merupakan warga keturunan Maroko. Jamal tak mengetahui secara pasti berapa jumlah Muslim di Pensacola. Tapi, ia menaksir ada sekitar 3.000-an.
“Tetapi, kita agak sulit bertemu. Di sini tak terlalu banyak imigran,” ujar pria berambut ikal itu. Lagi pula tak sedikit yang berpandangan sekuler. Ia mengungkapkan, pada waktu shalat Jumat, biasanya Muslim Pensacola melaksanakan ibadah di pusat kota di Dakwah Centre.
Hari itu juga dijadikan sebagai ajang silaturahim sesama Muslim. Mereka menggelar makan bersama. Saat berkumpul di Dakwah Centre, tidak hanya dari kalangan Muslim saja yang datang, juga non-Muslim. Mereka ingin mengenal lebih banyak tentang Islam.
“Istri saya warga AS dan sekarang ia sudah masuk Islam,” ujar Jamal yang berencana pulang kampung ke tanah kelahirannya di Maroko pada Idul Fitri tahun depan. Di Pensacola, saya juga sempat bertemu dengan seorang Muslim yang tengah berlibur. Namanya Assad.
Ia tinggal di West Palm Beach, sekitar sembilan jam dari Pensacola menempuh jalur darat. Pertemuan saya dengan Assad hanya sekitar 10 menit, tapi kami sempat berbincang sedikit tentang geliat Muslim di AS.
“Saya tidak tahu kalau di Pensacola, tapi kalau di tempat saya cukup banyak Muslim,” ujar Assad yang berlibur bersama istrinya, warga keturunan Bangladesh.
Untuk mencari masjid dan makanan halal, ia pun menyarankan saya untuk membuka www.zabihah.com. “Anda bisa buka ini,” sarannya. Pertemuan kami pun diakhiri dengan pelukan sesama saudara Muslim.