Senin 25 Nov 2013 14:03 WIB

Hanya Separuh Guru di Indonesia Berpendidikan S-1

Rep: Hafidz Muftisany/ Red: Dewi Mardiani
   Seorang guru mengamati alat peraga di SD YPK 14 Maranatha, Manokwari, Papua Barat, Rabu (20/11).  (Republika/Edi Yusuf)
Seorang guru mengamati alat peraga di SD YPK 14 Maranatha, Manokwari, Papua Barat, Rabu (20/11). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kualitas dan pemerataan guru menjadi catatan dalam peringatan Hari Guru Nasional, Senin (25/11). Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, mengatakan dari 2,92 juta guru, baru 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih.

Distribusi guru juga belum merata di Indonesia. Fadli menyebut hampir 66 persen wilayah Indonesia kekurangan Guru. Sebenarnya, ujar Fadli rasio guru dan murid di Indonesia sudah ideal. "Di Indonesia 1:18, 1 guru mengajar 18 murid. Tapi tak merata," katanya dalam siaran pers, Senin (25/11).

Distribusi guru harus sesuai kebutuhan. Tak hanya jumlah yang harus merata namun juga kualitas. Fadli menuntut ada jaminan kualitas guru yang sama dimanapun. "Serta jaminan kesejahteraan dalam penempatan guru," katanya.

Anggota Komisi X DPR, Surahman Hidayat, meminta pemerintah meningkatkan profesionalisme guru. Peringatan Hari Guru Nasional ini harus jadi momentum untuk pemerintah semakin memperhatikan kualitas guru. "Pemerintah punya tanggung jawab agar guru, menjadi sumber daya manusia yang handal dalam tugasnya mencetak Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas."

Menurut Surahman, profesionalisme guru tergambar dalam  proses pembelajaran  yang  berkualitas, serta mampu menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran dengan baik. Selain itu, peningkatan kompetensi yang sejalan dengan perkambangan sains dan IPTEK bisa menjadi acuan.

”Jika semangat profesionalisme ada pada setiap guru di Indonesia, saya meyakini kualitas pendidikan ke depannya akan semakin baik lagi,” kata Surahman.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement