REPUBLIKA.CO.ID, URUMQI -- Media Cina melaporkan hampir 200 serangan "teroris" terjadi di wilayah barat jauh Xinjiang tahun lalu, Senin (25/11). Serangan-serangan ini mengatasnamakan "jihad" ini telah meningkat pesat sejak tahun 2009 dan telah menjadi ancaman terbesar bagi wilayah itu.
Seperti dikutip Xianhua, beberapa insiden mematikan telah terjadi di Xinjiang tahun ini dan pemerintah China telah menyalahkan serangan berapi-api di Lapangan Tiananmen Beijing itu kepada "teroris" dari daerah.
Insiden itu menewaskan dua wisatawan dan 40 orang lainnya luka-luka, dengan tiga penyerang sekarat setelah kendaraan mereka terbakar. Beijing telah menunjuk insiden kekerasan di Xinjiang itu sebagai bukti meningkatnya ekstremisme di kalangan etnis minoritas Uighur.
Majalah mingguan yang berbasis di Shanghai, Outlook melaporkan lebih dari 190 serangan "teroris" masuk di Xinjiang tahun lalu, meningkat "dengan margin yang signifikan" dari tahun 2011. Sebagian besar penyerang pada usia di awal 30-an atau lebih muda dan lebih banyak bertindak dalam kelompok-kelompok kecil atau individu seperti "serigala", tambahnya.
Sebuah organisasi Islam garis keras telah mengatakan insiden Tiananmen, di jantung simbolis negara China itu adalah "operasi jihad" dan diprediksi lebih banyak kekerasan, menurut kelompok pemantau SITE yang berbasis di AS. Tidak jelas apakah pernyataan itu termasuk eksplisit klaim bertanggungjawab.